Tidak ada yang lebih aku sesali dari pada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam, sementara umurku berkurang tetapi amalku tidak bertambah (Abdullah bin Mas'ud).

Kamis, 25 November 2010

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT STRES DENGAN KEIMANAN

Oleh : Imil Irsal Imran


          Memiliki tubuh yang sehat adalah dambaan setiap orang. Dengan tubuh yang sehat seseorang dapat berkarya dan menikmati hidup. Untuk itu setiap orang berupaya mendapatkan tubuh yang sehat. Harta tidak akan berharga jika tubuh tidak sehat. Orang rela menghabiskan uang yang dimilikinya apabila kesehatannya terganggu.
Berdasarkan UU kesehatan no 23/1992 Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Salah satu yang sering menyebabkan seseorang merasa sakit adalah stress. Stres muncul ketika seseorang tidak mampu beradaptasi terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya atau stresor. Stres selain menyebabkan gangguan secara psikologi seseorang seperti ansietas atau kecemasan, juga memiliki dampak fisik terhadap tubuh kita. Orang stress sering tidak bisa menikmati hidupnya karena merasa tidak nyaman terhadap situasi yang dialaminya.
Salah satu cara menanggulangi stress adalah dengan meningkatkan keimanan. Iman yang kuat akan menyebabkan seseorang dengan mudah beradaptasi terhadap stressor sehingga stres dapat ditanggulangi. Hal ini disebabkan kuatnya keyakinan kepada Allah dan mampu menerima setiap takdir dengan ikhlas dan sabar serta berprasangka baik kepada Allah bahwa takdir yang ditetapkan Allah kepadanya merupakan hal yang terbaik baginya. Sebagaiman disebutkan dalam Al Quran surat At-Taghabun ayat 11 yang artinya:
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”1
Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)2.
Dalam ayat lain dalam Al-Quran Allah berfirman :
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati orang yang beriman menjadi tentram.” (Q.S. Ar-Ra’ad ayat 28)1
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. " (QS. Al An'aam, 6:125)1.
Orang yang jauh dari agama menimbulkan perasaan tidak nyaman, khawatir dan stres. Hal ini tercermin pada raga mereka. Tubuh mereka akan lebih mudah rusak dan sakit, bahkan proses penuaannya lebih cepat. Sedangakn orang yang beriman sehat secara kejiwaan. Mereka tidak mengalami stres atau berkecil hati apabila ditimpa oleh masalah. Mereka tunduk dan tawakal kepada Allah sehingga memiliki jiwa yang kokoh. Kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan apa yang terjadi sembari berharap akan janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur'an, dan yang benar-benar memahami agama. Akibatnya jasmani akan lebih terjaga dan tidak mudah sakit. Tentu saja mereka pun dapat menderita sakit dan pada akhirnya mengalami penuaan, namun proses alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada sisi kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh orang yang tidak beriman.3
Ibnu Al-Qayyim menulis dalam buku Thibb An Nabawi : kalau hati sudah terikat dengan Rabb dari sekalian makhluk, pencipta dari segala obat dan penyakit, pengatur yang mengurus segala sesuatu sesuai kehendak-NYA sendiri, pasti hati tersebut memilki berbagai macam obat yang tidak dimiliki oleh hati yang jauh dan berpaling dari Allah. Kalau Ruhani kuat, maka tabiat dan jiwa manusianya juga menjadi kuat. Tabiat dan jiwa seseorang akan saling mendukung dalam mengusir dan mengatasi penyakit. Tidak mungkin dipungkiri bahwa obat yang paling mujarab itu dimiliki oleh orang yang tabiat dan jiwanya kuat, yang selalu merasa senang dan tentram karena menjadi dekat dengan penciptanya, merasa suka dan nikmat berdzikir kepada Allah, seluruh kekuatan tertuju hanya kepada Allah, selalu memohon pertolongan dan bertawakal kepada Allah. Kekuatan yang ada pada dirinya dapat menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh4.
Seorang penulis tentang iImu-ilmu kejiwaan yang bernama Dale Carnigie mengatakan bahwa iman dapat mencegah ketegangan. Para dokter kejiwaan sepakat bahwa keimanan yang kokoh dan berpegang pada agama dapat menghilangkan ketegangan syaraf dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Seorang Ilmuwan bernama Budley, mengatakan bahwa keimanan yang kuat akan lebih baik menenangkan saraf dari pada obat penenang.4
Dr. Moh.Soleh mengatakan bahwa iman memiliki efek terhadap korteks amigdala. Iman berkontribusi ketika melakukan transaksi atau memberikan sinyal berupa muatan nilai yang dapat dijadikan dasar pijakan bagi neo korteks dalam mengendalikan amigdala-hipokampus. Ini dilakukan agar amigdala memberikan respons terhadap tiap rangsangan (stimulus) dengan respons normal, positif, bukan respon darurat dan negatif.4
Dr. Moh. Saleh menjelaskan rangsangan stres berjalan dari panca indra ke batang otak, menuju thalamus. Di thalamus, rangsangan itu diformat sesuai bahasa otak. Sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus dan sekitarnya, lalu sebagian besar dikirim ke neo korteks. Di neo korteks inilah rangsangan dianalisis dan dipahami. Hipokampus adalah tempat bagi ingatan dan penyimpanan berbagai pesan termasuk pesan keagamaan, seperti pesan harus sabar bila tertimpa musibah. Maka hipokampus sesuai dengan fungsinya, memberikan makna dari rangsangan kematian itu dengan makna yang normal dan positif. Jika hipokampus tidak pernah menyimpan pesan keagamaan, bisa jadi rangsangan kematian itu oleh hipokampus diberi makna cemas, depresi, atau stress dan sejumlah momen-momen darurat lainnya. Sementara itu, neokorteks prefrontal kiri mengendalikan prefrontal kanan di mana perasaan cemas, depresi, dan agresif bersarang, agar menerima rangsangan stres itu dengan analisis respons kesabaran, positif dan normal. Jika kedua neokorteks kiri-kanan sepakat bulat bahwa rangsangan itu diterima sebagai suatu kesabaran, kepastian keputusan itu dikirim ke hipokampus untuk dicocokkan apakah pesan kesabaran ketika menerima musibah itu pernah tersimpan dalam memori hipokampus. Jika ragu-ragu, rangsangan itu berpindah-pindah dari amigdala, hipokampus, dan korteks sampai akhirnya mencapai kepastian. Jika ya, rangsangan itu dikirim ke amigdala yang mempunyai serangkaian tonjolan dengan reporter yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter, mengirim ke wilayah sentralnya, menghidupkan hipotalamus, batang otak, dan system syaraf otonom.4
Selain mengganggu jiwa stres juga menyebabkan gangguan fisik terhadap tubuh. Gangguan umum yang terkait dengan stres dan depresi adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan pada obat terlarang, gangguan tidur, gangguan pada kulit, perut dan tekanan darah, pilek, migrain , sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal, kesulitan bernapas, alergi, serangan jantung, dan pembengkakan otak. Tentu saja stres dan depresi bukanlah satu-satunya penyebab semua ini, namun secara ilmiah telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan semacam itu biasanya bersifat kejiwaan.3
Apabila seseorang menderita stres, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan tanda bahaya. Ini menyebabkan terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh: Kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat dan penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi. Terjadi peningkatan aktivitas gula, kolesterol dan asam-asam lemak dalam aliran darah. Tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah bagi tubuh.3
Stres berat dapat berakibat lebih buruk. Akibat stres, kadar adrenalin dan kortisol di dalam tubuh meningkat di atas batas normal. Kortisol adalah hormon glukokortikoid agonis5 yang dihasilkan dikorteks adrenal dan di bawah pengaruh aksis hipotalamus-pituitari-adrenal. Hormon ini berpengaruh terhadap metabolisme, sistem imun dan tekanan darah. Hormon ini sangat penting dalm keaadan stress.6 Dalam keadaan stress atau darurat hormon ini akan mengubah protein dan lemak menjadi glukosa. Selain itu molekul kortisol akan memberikan perintah untuk mengutamakan makanan ke otak dan ke jantung dari pada organ lain, serta menghambat kerja beberapa hormon lain agar suhu tubuh tidak naik.7
Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama juga dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe dua karena kortisol dapat mensupresi fungsi insulin dengan menghambat keberadaan reseptor insulin dan afinitasnnya.6
Dampak lain paling merusak dari stres adalah serangan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang agresif, khawatir, cemas, tidak sabar, dengki, suka memusuhi dan mudah tersinggung memiliki peluang terkena serangan jantung jauh lebih besar daripada orang yang tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat tersebut. Stres menyebabkan rangsangan berlebihan pada sistem saraf simpatetik. Saran simpatetik berperan dalam mengatur percepatan denyut jantung, perluasan bronkia, penghambatan otot-otot halus sistem pencernaan makanan. Akibatnya selain jantung, sistem pernafasan dan pencernaan juga terganggu.3
Selain itu stress juga berdampak terhadap sel darah merah dan sistem imun. Para ilmuwan telah mengetahui bahwa semakin parah tingkat stres, maka akan semakin lemahlah peran positif sel-sel darah merah di dalam darah. Berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh Linda Naylor dari Universitas Oxford stress berpengaruh terhadap kekebalan tubuh dan dapat diukur berdasarkan tingkatan stress. Selain itu stress akan menstimulasi otak untuk meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh, yang melemahkan sistem kekebalan.3
Berdasarkan paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa stress dapat mengganggu keseimbangan alamiah tubuh manusia. Dampaknya dapat berupa gangguan psikis dan juga fisik. Jadi upaya menghindari stress sangat penting agar kesehatan fisik dan psikis tetap terjaga. Salah satu upaya penting dalam menghindari stress adalah selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, sehingga kita dapat beradaptasi terhadap setiap stressor yang datang.
Daftar Pustaka
1. Al-Quran
Diakses tanggal 3 November 2010
3. Yahya, Harun.2005. Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama. Diakses dari : http://us1.harunyahya.com/Detail/T/6HQIRVG4296/productId/4556/STRES_DAN_DEPRESI:_AKIBAT_TIDAK_MENJALANKAN_AGAMA
Diakses tanggal 3 November 2010
4. Armis.2003.Penjelasan Singkat Beberapa Metode Terapi dengan Iman dan Amal Sholeh. Diakses dari : http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/nov08/islam_therapy/0026.htm
Diakses tanggal 3 November 2010
5. Anwar, Ruswana.2010.Fungsi Kelenjer Adrenal dan Kelainannya. Diakses dari : http://www.pdf-searcher.com/FUNGSI-KELENJAR-ADRENAL-DAN-KELAINANNYA.html
Diakses tanggal 3 November 2010
6. Irsal, Imil Imran, Mirnawati.2010.Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pekerja Larut dan Shift Malam. Karya Tulis Ilmiah : Padang
7. Yahya, Harun. 2007. Keajaiban Hormon. Diakses dari : http://www.harunyahya.com/indo/buku/hormon/hormon_06.htm
Diakses tanggal 3 November 2010

PENJELASAN ILMIAH TENTANG HADITS LALAT

Oleh : Imil Irsal Imran
 
Pada umumnya orang mengenal lalat sebagai binatang yang kotor. Lalat rumah (Musca domestica) merupakan serangga yang menyukai kondisi lingkungan yang kotor dan berbau. Ini disebabkan karena pada lingkungan kotor dan berbau adalah tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan lalat. Dengan demikian, spesies ini dapat dikategorikan sebagai vektor atau pembawa penyakit yang berbahaya bagi manusia. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah penyakit kolera, diare, disentri, typus, dan TBC1. Bahkan baru-baru ini telah lansir hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. drh. R. Wasito Msc, PhD dan istrinya Prof. drh. Hastari Wuryastuti Msc. PhD dari Fakultas kedokteran Hewan, Universitas Gajah Mada yang menyatakan, bahwa lalat dapat menyebarkan virus "flu burung" (H5NI)2. Dalam hal ini, semua bagian tubuh lalat dapat berperan sebagai alat penular penyakit, yaitu badan, bulu, tangan, kaki, dan sayap1.
Musca domestica mempunyai alat yang digunakan untuk menjilat cairan yaitu proboscir yang merupakan modifikasi dari labium. Bagian dalam ujung proboscir yang melebar terdapat saluran - saluran halus yang disebut pseudotrakhea. Pseudotrkea bermuara pada saluran makanan pokok yang langsung berhubungan dengan pencernaan makanan. Alat tersebut sesuai untuk memakan makanan cair dan padat yang dapat larut. Cairan yang berasal dari saluran untuk melarutkan makanan padat dikeluarkan melalui proboscir tersebut. Lalat akan menghisap cairan apa saja yang mengandung material makanan organik. Hal inilah yang memungkinkan lalat dapat menyebarkan kuman - kuman penyakit. Sebelum hinggap pada makanan, lalat tersebut sebelumnya telah makan cairan - cairan yang berasal dari pembusukan zat - zat organik atau excrete manusia. Kemungkinan cairan itu telah terkontaminasi dengan organisme patogen (Radiopoetra, 1996)1.
Dalam ilmu biologi lalat yang disebut juga Musca domestica adalah hewan jenis serangga yang lalat digolongkan pada subordo Cyclorrapha, ordo Diptera. Dalam bahasa Arab, lalat disebut "addzubab". Lalat adalah hewan yang lincah. Selain bisa terbang dengan cepat, lalat juga mempunyai kepekaan yang sangat tinggi terhadap gerakan. Lalat mempunyai mata majemuk yang terdiri dari 3000 lensa sehingga dia mampu melihat ke segala arah dan mampu mentransfer gerakan ke syaraf penglihatan dengan cepat, sehingga lalat sulit dipukul2.
Dalam islam sendiri terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang lalat. Dalam hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
Apabila ada seekor lalat jatuh di bejana seorang diantara kalian, tenggelamkanlah. Karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lainnya terdapat obatnya.”(HR. Bukhari)3.
Kemudian dijelaskan juga dalam hadits lain yang berbunyi :
Salah satu sayap lalat itu adalah racun, sementara yang lainnya adalah obat. Maka, apabila seekor lalat jatuh dalam makanan, tenggelamkanlah. Karena ia mendahulukan racunnya dan mengakhiri obatnya.”(HR.An-Nasa’i, Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi)3.
Hadits ini tidak diragukan lagi kesahihannya. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany menjelaskan dalam bukunya: "Al-Silsilah Al-Shohihah", bahwa hadits ini shahih. Hadits ini datang dari 3 orang sahabat nabi yang terkemuka, yaitu: Abu Hurairah, Abu Said Al-Khudzri, dan Anas.Dari Abu Hurairah yang haditsnya telah ditakhrij oleh Imam Bukhori, Imam Ahmad, Imam Ad-Darimi dan Ibnu Majah masing-masing dengan sanad yang shahih.. Abu Said Al Khudzri haditsnya telah ditakhrij oleh: Ibnu Hibban dalam kitab "At Tsiqot", Abu Ya'la dalam kitab "Musnad"-nya, At Toyalisy dalam kitab "Musnad". Menurut Syaikh Al Albany, hadits-hadits ini shahih, rijal-nya (perawinya) tsiqot (kredibel) dan masuk dalam katagori rijal-nya Syaikhoini (Bukhori dan Muslim). Dan dari Anas haditsnya di-takhrij oleh Al Bazzar dengan rijalnya yang shahih, di-takhrij pula oleh At Tobaroni dalam "Al Ausath" dan "Majma'uz zawaid" dan di-takhrij pula oleh Ibnu Abi khoitsamah dalam "Tarikhul Kabir". Menurut Syaikh Al Albani kesemuanya diriwayatkan oleh para perawi yang shahih2.
Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap lalat yang hinggap ke dalam makanan atau minuman akan mendahulukan sayap yang membawa racun (penyakit), kemudian baru penawarnya (obat). Oleh karena itu ketika makanan atau minuman telah dihinggapi lalat, maka makanan atau minuman tersebut dapat dikonsumsi, dengan syarat tubuh lalat hingga sayapnya dibenamkan terlebih dahulu1.
Banyak orang yang tidak sepndapat dengan hadits tersebut, bahkan ada dari kaum muslimin. Namun ini adalah salah satu mukjizat Rasulullah yang ma’shum. Rasulullah tidak berkata dengan sekehendak hati tetapi diwahyukan oleh Allah. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran pada Surat An Najm ayat 3 yang artinya : “Dan tidaklah ia (Nabi Muhammad saw) berbicara menurut hawa nafsu, melainkan (dari) wahyu yang telah diwahyukan kepadanya”4.
Dan sesungguhnya semua akan terjawab seiiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang membuktikan kebenaran hadits ini. Sebab Allah hanya member kita ilmu pengetahuan yang sedikit dan Allah Maha Mengetahui terhadap sesuatu. Sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran:
Artinya: "Dan tidaklah apa yang diberikan kepadamu dari pengetahuan kecuali sedikit." (QS. Al Isra':85)4.
Artinya: "Dan sungguh kamu akan mengetahui (kebenaran) ceritanya setelah (melewati)masa."(QS.As-Shood:88)4.
Seiring berjalannya waktu penelitian tentang lalat telah banyak dilakukan. Telah ditemukan sebuah penemuan baru dalam bidang kedokteran di dalam hadits ini dan majalah at-Tauhid di Mesir edisi 5 tahun 1397 H/1977M telah mempublikasikan hasil penelitian Prof. Dr. Amin Ridha (dosen bedah tulang di universitas Iskandariyah), yang menjelaskan bahwa dalam satu waktu yang bersamaan lalat membawa kuman-kuman yang menyebabkan penyakit, dan juga membawa bakteri “Faaj” yang melawan kuman-kuman tersebut. Bakteri “Faaj” adalah bakteri pemangsa atau penerkam kuman-kuman5. Selain itu Prof. Dr. Amin Rodha juga menjelaskan bahwa dunia kedokteran pernah menggunakan lalat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit borok menahun dan paru (frambosia tropica). Ini terjadi pada tahun 1930-an sebelum ditemukan struktur kimia sulfa2.
Dalam penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh team Departemen Mikrobiologi Medis Fakultas Sains, Universitas Qoshim, Arab Saudi menunjukkan bahwa di dalam lalat terdapat Actinomycetes yang dapat 4 berpotensi sebagai antibiotik terhadap bekteri yang juga terdapat pada lalat tersebut1.
Pada penelitian ini menggunakan dua sampel. Sampel pertama lalat dicelupkan seluruh tubuhnya dan sampel kedua lalat hanya dicelupkan sebagian saja. Hasilnya pada sampel pertama terdapat pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang dihambat oleh bakteri lainnya yaitu Actinomyces. Pada sampel kedua bakteri Escherichia coli dapat tumbuh bebas tanpa penghambat2.
Selain itu sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Colorado di Amerika menunjukkan bahwa lalat tidak hanya berperan sebagai karier patogen (penyebab penyakit) saja, tetapi juga membawa mikrobiota yang dapat bermanfaat.
Mikrobiota di dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka, sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat dicelupkan ke dalam cairan, maka sel-sel tadi akan ke luar dari tubulus ke cairan tersebut. Mikrobiota ini adalah suatu bakteriofag yang tak lain adalah virus yang menyerang virus lain serta bakteri. Virus ini dapat dibiakkan untuk menyerang organisme lain. Bakteriofag sendiri saat ini sedang dikembangkan sebagai terapi (pengobatan) bakteri terbaru6.
Penelitian lainnya dilakukan oleh perusahaan farmasi Glaxo Smith-Kline yang tengah mensponsori penelitian Dr. Joanna Clarke dari Universitas Maquarie. Pada mulanya penelitian menunjukkan bahwa pada satu sayap pada bakterinya, sedangkan sayap yang lain ada proteinnya. Kemudian Clarke dalam penelitian selanjutnya berusaha membuktikan bahwa lalat mempunyai kemampuan untuk menghasilkan antibiotik6.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan para ahli tentang lalat dapat disimpulka bahwa pada lalat tidak hanya terdapat mikroorganisme pathogen, tetapi juga terdapat mikroorganisme yang mampu menghambat dan memgfagosit mikroorganisme yang meyebabkan penyakit tersebut. Dan hadits Rasulullah yang telah disampaikan empat belas abad yang lalu telah mampu dibuktikan oleh ilmu kedokteran sekarang ini. Hal ini membuktikan betapa Allah Maha yang telah memberikan kita sedikit ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
1. Avivah, Nur.2008. Isolasi Actinomyces dari Lalat Rumah (Musca domestica) yang Berpotensi Sebagai Antibiotik terhadap Escherichia coli.Skripsi:Universitas Muhammadiyah Surakarta.Di akses dari : http://etd.eprints.ums.ac.id/1200/1/A420040111.pdf
Diakses tanggal 26 September 2010
2. Irfan, J.2005.Lalat.Diakses dari : http://www.jokam.com/comment.php?comment.news.670
Diakses tanggal 26 September 2010
3. Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim.2004.Metode Pengobatan Nabi/Ibnu Qayyim Al-Jauziyah; penerjemah, Abu Umar Basyir Al-Maidani; murajaah, Andi Arifin.—Cet.1.—Jakarta: Griya Ilmu
4. Al-Quranul Karim
5. Yusuf, Abu Suyuno.2010.Hikmah Ilahi dalam Hadits Lalat.Diakses dari: http://www.alsofwah.or.id/cetakannur.php?id=572
Diakses tanggal 26 September 2010
Diakses tanggal 26 september 2010

Ummu Sulaim

Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam. Kemarahan suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan aqidahnya. Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun, kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.


Kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona dunia yang ditawarkan kehadapannya. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih dan memiliki banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60). Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia, yaitu Islam.

Kisah ini menjadi pelajaran bahwa mahar sebagai pemberian yang diberikan kepada istri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan tidak selalu identik dengan uang, emas, atau segala sesuatu yang bersifat keduniaan. Namun, mahar bisa berupa apapun yang bernilai dan diridhai istri selama bukan perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesuatu yang perlu kalian tahu wahai saudariku, berdasarkan hadits dari Anas yang diriwayatkan oleh Tsabit bahwa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Aku belum pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.” (Sunan Nasa’i VI/114).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang kita untuk bermahal-mahal dalam mahar, diantaranya dalam sabda beliau adalah: “Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (HR. Ahmad) dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)

Demikianlah....
Semoga kisah ini menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan kita dan menjadi jalan untuk meluruskan pandangan kita yang mungkin keliru dalam memaknai mahar. Selain itu, semoga kisah ini menjadi salah satu motivator kita untuk lebih konsisten dengan keislaman kita. Wallahu Waliyyuttaufiq.

Maraji:

  1. Panduan Lengkap Nikah dari “A” sampai “Z” (Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq),
  2. Wanita-wanita Teladan Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi)
www.muslimah.or.id

Su’airah; Wanita Penghuni Surga

Su’airah al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan Ummu Zufar radhiyallohu’anha. Walau para ahli sejarah tak menulis perjalanan kehidupannya secara rinci, karena hampir semua kitab-kitab sejarah hanya mencantumkan sebuah hadits dalam biografinya, namun dengan keterangan yang sedikit itu kita dapat memetik banyak faedah, pelajaran, serta teladan yang agung dari wanita shalihah ini.

Su’airah al-Asadiyyah berasal dari Habsyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh ketulusan. Ia adalah perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan keridhaan terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam semesta ini. Dia adalah wanita yang datang dan berbicara langsung dengan pemimpin orang-orang yang ditimpa musibah dan imam bagi orang-orang yang sabar, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Dialog mereka berdua telah dimaktub dan dinukilkan di dalam kitab sunnah yang mulia. Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari ‘Atha’ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.”

Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu berkata:

“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.” Rasululloh shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”

Maka ia berkata:”Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Maka Beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendo’akannya. (HR Al-Bukhari 5652)

Perhatikanlah … betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia berusaha menjaga hak-hak Allah dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa akan rahmat Allah dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu adalah sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu musibah apapun yang diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali akan menjadi timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar :10)

Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia terkandung hikmah yang agung, yang dengannya Allah ingin membersihkan hambanya dari dosa. Dengan keyakinan itulah Su’airah lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, kerana apa yang ada disisi Allah lebih baik dan kekal. Dan Ketika diberikan pilihan kepadanya antara surga dan kesembuhan, maka ia lebih memilih surga yang abadi. Akan tetapi di samping itu, ia meminta kepada Rasululloh shallallahu ’alaihi wasallam untuk mendoakan agar auratnya tidak terbuka bila penyakitnya kambuh, karena ia adalah waniya yang telah terdidik dalam madrasah ‘iffah (penjagaan diri) dan kesucian, hasil didikan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, dan menjaga hak Allah yang telah memerintahkan wanita muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya dengan menutup aurat. Allah subhanahu wa ta’alla berfirman:

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs An-Nur: 31)

Su’airah telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang membuka auratnya, bahwa hendaknya mereka bersyukur kepada Allah ta’alla atas nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan kepada mereka. Berpegang dengan hijab yang syar’i adalah jalan satu-satunya untuk menuju kemuliaan dan kemenangan hakiki, karena ia adalah mahkota kehormatannya. Dalam permintaannya, Su’airah hanya meminta agar penyakit yang membuatnya kehilangan kesadarannya itu tidak menjadi sebab terbukanya auratnya, padahal dalam keadaan itu pena telah diangkat darinya! Akan tetapi, ia tetap berpegang dengan hijab dan rasa malunya!

Betapa jauhnya perbandingan antara wanita yang pemalu dan penyabar ini dengan mereka yang telanjang yang tampil dilayar-layar kaca dan terpampang di koran dan majalah-majalah. Tak perlu kita mengambil contoh terlalu jauh sampai ke negara-negara barat sana. Cukuplah kita perhatikan di negara kita tercinta ini saja, banyak kita temukan wanita-wanita telanjang berlalu lalang dengan santainya di setiap lorong dan sudut kota, bahkan di kampung-kampung tanpa rasa malu sedikitpun. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah sebutkan perihal mereka ini dengan sabdanya:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“ Ada dua golongan penduduk neraka yang aku belum pernah melihat mereka: satu kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi dimana mereka memecut manusia dengannya, dan kaum wanita yang berpakaian akan tetapi telanjang, genit dan menggoda, (rambut) kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Sungguh mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapati baunya, padahal bau surga bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian (jauhnya).” (HR Muslim 5704)

Mereka tak ubahnya seperti binatang yang kemana-mana tak berpakaian karena mereka memang tidak berakal! Keluarnya mereka telah merusak pandangan orang-orang yang berakal. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda tentang mereka:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَان

“Seorang wanita itu (seluruhnya) aurat. Apabila ia keluar (rumah) maka setan akan membuat mereka nampak indah di hadapan orang-orang yang memandanginya.” (HR Tirmidzi 1206, dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no 6690)

Dan sungguh semua itu bertolak belakang dengan fitrah manusia. Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)

“ Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Qs Al A’raf :179)

Demikianlah sosok Su’airah al-Asadiyyah radhiyallahu’anha, wanita yang dipuji Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam akan kesabaran dan ‘iffah (penjagaan diri)nya. Semoga pelajaran agung yang telah diwariskannya dapat menjadi acuan bagi wanita muslimah menuju keridhaan Allah subhanahu wa ta’alla, dan menjadikan kita penghuni surga sebagaimana Su’airah, Aamiin.

Dikutip dari majalah Mawaddah Edisi 7 tahun ke-3

www.muslimah.or.id

Dalil-Dalil Tentang Berobat

1. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

2. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Dari Usamah bin Syarik radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:

كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ

Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)

4. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13)

5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

إِنَّ اللهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu)

6. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata:

نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الدَّوَاءِ الْخَبِيْثِ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari obat yang buruk (haram).” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Asy-Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Ibnu Majah, 2/255) [Lihat kitab Ahkam Ar-Ruqa wa At-Tama`im karya Dr. Fahd As-Suhaimi, hal. 21)

Sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=294