Tidak ada yang lebih aku sesali dari pada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam, sementara umurku berkurang tetapi amalku tidak bertambah (Abdullah bin Mas'ud).

Rabu, 23 Februari 2011

OBAT TRADISIONAL

SEJARAH OBAT TRADISIONAL
Penggunaan bahan-bahan alamiah untuk pengobatan sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri. Pada waktu itu pengobatan hanya berdasarkan insting. Misalnya :
1. Berdasarkan warna, contohnya kunyit ( Cucurma domestica ) berwarna kuning, diduga efektif untuk mengobati penyakit yang manifestasinya ikterik seperti hepatitis.
2. Berdasrkan bentuk, contoh tanaman brotowali ( Tinospora crispa ) bentuknya menjalar menyerupai ular sehingga diduga efektif untuk mengobati bisa ular.
3. Tempuyung (Sonchus arvensis ) dapat menembus batu dan diduga dapat digunakan untuk mengobati batu ginjal.
Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan.
Salah satu bukti tertua yang menguraikan ilmu pengobatan dalam obat herbal adalah kitab Rigvedha. Kitab ini berasal dari India dan ditulis sekitar tahun 3000 Sebelum Masehi (SM). Isinya antara lain tentang bahan-bahan yang digunakan sebagas obat yang mengolah obat tradisional untuk pengobatan
Kitab yang relatif lebih lengkap adalah Ayurvedha, juga berasal dari India. Kitab ini ditulis sekitar lahun 1500 SM, menguraikan suatu sistem pengobatan obat tradisional dengan teori tridosha, yaitu vayu, pitta, dan kapha. Vayu atau angin mewakili susunan syaraf pusat, pitta atau empedu mewakili seluruh metabolisme di dalam tubuh, dan kapha atau lendir mewakili pengaturan suhu tubuh oleh cairan-cairan tubuh, Ayurvedha memuat tidak kurang 1.500 jenis bahan obat dari tumbuhan lengkap dengan pengolahan dan penggunaannya produk herbal tersebut. Dan menggunakannya dalam jamu herbal yang kemudian bisa menyembuhkan
Kemudian perbaikan dilakukan berbagai ahli, di antaranya terrnuat dalam kitab Sushruta Samhita dari tahun 1000 SM dan Charaka Samhita dari tahun 350. Kedua kitab memuat kira-kira 2.000 jenis bahan obat, jamu tradisional beserta penanamannya, bagian-bagian yang dipakai untuk jamu herbal, khasiatnya, dan cara membuat ramuan jamu herbal yang menyembuhkan.
Pada zaman mesir kuno (2500 sebelum masehi), para budak diberi ransum bawang setiap hari untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum terjadi pada masa itu. Sejak itu catatan pertama tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Sejumlah besar resep penggunaan produk produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit, dan diagnosisnya tercantum dalam Papyrus Eher. Pada saat itu para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah dicatat membuat berbagai tanaman obat, termasuk jintan dan kayu manis.
Oran-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke berbagai daratan yang baru para dokter mereka menemukan berbagai tanaman obat baru seperti rosemary dan lavender. Hal itupun langsung diperkenalkan pada berbagai daerah baru. Semua catatan obat-obatan itu dirangkum dalam De Materia Medica.
Di Cina, sekitar 3000 tahun yang lalu ketika muncul penyembuhan kerapuhan tulang oleh dukun Wu. Pada waktu itu penyakit ini diyakini disebabkan oleh kekuatan jahat sehingga menurut dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk mengusir kekuatan jahat itu. Bahkan bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah ditemukan di China, dimana makam seorang bangsawan Han ditemukan untuk menyimpan data medis yang ditulis pada gulungan sutra. Gulungan sutra berisi 247 tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan dalam penyembuhan penyakit.
Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri dan memiliki tamanan obat masing-masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun para penduduk setempat. Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik memiliki tradisi lain tentang herbalisme, dimana obat-obat dicampur adukkan dengan agama dan ritual. Semakin berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15 telah ada pendistribusian yang pertama tentang penulisan ” tanaman-tanaman Obat”.
Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisinsnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ” Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat inipun masih diterbitkan.
Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan, untuk mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan herbal serta mempertahankan standart-standar praktek pengobatan. Hingga awal abad ini banyak institute telah berdiri untuk mempelajari pengobatan herbal. Berkembangnya penampilan obat-obatan herbal yang lebih alami telah menyebabkan tumbuhnya dukungan dan popularitasnya. Obat-obatan herbal dapat dipandang sebagai pendahuluan farmakologi modern, tetapi sekarang obat-obatan herbal ini terus sebagai metode yang efektif dan lebih alami untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit.
Secara global, obat-obatan herbal lebih umum dipraktekkan dari pada obat-obatan konvensional. Di berbagai daerah pedesaan pengobatan herbal terus tumbuh subur dalam berbagai cerita rakyat, tradisi, dan praktek local. Kemajuan yang sangat pesat sampai saat ini dimana banyak sekali para herbalis mengandalkan pengetahuan mereka tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk merawat dan mengobati penyakit.
Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Kerajaan di wilayah nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari tanaman obat.
Banyak jenis tanaman yang digunakan secara tunggal maupun ramuan terbukti sebagai bahan pemelihara kesehatan. Pengetahuan tanaman obat yang ada di wilayah Nusantara bersumber dari pewarisan pengetahuan secara turun-temurun, dan terus-menerus diperkaya dengan pengetahuan dari luar Nusantara, khususnya dari China dan India. Tetapi dengan masuknya pengobatan modern di Indonesia, dengan didirikannya sekolah dokter jawa di Jakarta pada tahun 1904, maka secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat sebagai obat telah ditinggalkan. Dan telah menggantungkan diri pada obat kimia modern, penggunaan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya dan terbelakang.
Sebagai akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal tanaman obat dan penggunaannya sebagai obat. Namun masih ada sebenarnya upaya yang melestarikan dan memanfaatkan tanaman obat dalam dokumentasinya seperti K. Heyne, menulis buku ” Tanaman Berguna Indonesia “,. Dr. Seno Sastroamidjojo, dengan bukunya ” Obat Asli Indonesia “. Dan beberapa upaya mengembangankan pengetahuan tanaman obat Indonesia dan aplikasinya dalam pengobatan. Saat ini obat herbal digunakan di klinik pengobatan Tradisional RS.Dr.,Sutomo Surabaya dan beberapa rumah sakit besar di Jakarta juga sudah menyediakan obat herbal.
Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to nature “, dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat kuat di Negara-negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan pelatihan herbalpun kini telah banyak diminati masyarakat. Pentingnya Kepedulian kita akan tanaman obat atau herbal yang telah sejak jaman dulu kala perlu di lestarikan dan di terapkan seperti negara-negara lain yang telah menggunakan herbal sebagai obat leluhur.
MACAM-MACAM OBAT TRADISIONAL DAN PENGGUNAANNYA
1. Lempuyang wangi (Zingiber aiomaticum)
Mengandung minyak atsiri, gaponin, flafanoid dan tannin.
Khasiat : rimpang biasanya digunakan dalam seduhan rimpang untuk obat asam, merangsang nafsu makan, mengurangi rasa nyeri, mengobati radang sendi, pertusis, anemia, malaria, kolera dan mengatasi cacingan.
2. Kunyit (Cucurma longa)
Kandungannya, minyak atsiri, curcumin, turmeron dan zingibereen yang berfungsi sebagai anti bakteri, antioksidan dan antiinflamasi.
Khasiat : umumnya yang digunakan adalah rimpangnya, bermanfaat untuk menurunkan panas, mengobati DM, disentri, memperlancar haid, mengatasi dismenorea, amandel,morbili dan lain-lain.
3. Sambiloto (Andographis paniculata)
Kandungan : andrografolid lactones (zat pahit) untuk menurunkan kadar gula darah. Senyawa lainnya adalah diterpene, glucosides dan flafanoid yang dapat menurunkan panas, mineral (K,Ca,Na)
Khasiat : mengobati DM, hepatitis, disentri, flu, demam, tonsillitis, bronchitis, hiprtensi, TB paru. (seluruh bagian tanaman dapat digunakan)
4. Pegagan (Centella asiatica)
Kandungan : triterpenoid, saponin, hydrocotyline, vellarine, asam folat, β-kariofilen, β-elemena,brahminosida, asam sentelat, asam elaiodat.
Khasiat : untuk menurunkan panas, revitalisasi tubuh dan pembuluh darah, memperkuat strukturjaringan tubuh, mengobati hepatitis yang disertai ikterik, menambah selera makan, dapat memperlancar aliran darah ke otak, mengobati campak, sakit tenggorokan, asma, bronchitis, pleuritis, hipertensi, reumatik, hemoroid, keracunan makanan,keracunan bahan kimia/obat-obatan.
5. Temulawak (Cucurma xanthoriza)
Kandungan : germacrene, xanthor-rizol, α-β-curcumena.
Manfaat : antiinflamasi, menurunkan panas, merangsang nafsu makan, mengobati hepatitis, daire, gastritis, reumatik.
6. Temu putih (Cucurma zedoaria)
Temu putih mirip dengan temulawak, bedanya adalah bunga temulawa berwarna kuning atau kuning muda sedangkan temu putih berwarna putih dengan tepi merah, rimpang temulawak jingga kecoklatan sedangkan temu putih berwarna kuning muda.
Kandungan : ribosome inacting protein (RIP), zat antioksidan.
Manfaat : mengatasi dismenorea, memperlancar haid, mengobati gangguan pencernaan, antikanker.
7. Bawang merah (Allium cepa)
Kandungan : flavonglikosida sebagai antiradang dan pembunuh bakteri, saporin untuk pengencer dahak, minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, floraglusin.
Manfaat : menurunkan demam, diuretic, menurunkan kolesterol, menurunkan gula darah, mengobati batuk, disentri, hipertensi.
8. Bawang putih (Allium sativum)
Kandungan : minyak atsiri sebagai antibakteri, allicin dan aliin sebagai antikolesterol, kalsium, sulfur, protein, lemak, fosfor, Fe, vit A,B,C.
Manfaat : menurunkan kadar lemak/kolesterol darah, menurunkan tekanan darah, memperbaiki system pencernaan, mengurangi gelaja reumatik, detoksifikasi racun, antibakteri, antibiotikm antijamur.
Bawang putih ini tidak dianjurkan untuk pasien hipotensi atau alergi bawang putih dan ada riwayat penyakit tukak lambung karena efek sampingnya adalah gangguan lambung.
9. Saledri (Apium graviolen)
Yang digunakan adalah daun dan batang saledri dan dihindari penggunaan akar saledri karena mengandung racun.
Kandungan : glikosida, apiin, isoquersetin, umbiliferon, mannite, inosile, asporagin, glutamine, cholin, linaramaras, provitamin A, vit B dan C. Pada daununya terkandung minyak atsiri, kalsium, garam fosfat.
Manfaat : menurunkan tekanan darah, menormalkan kadar asam urat dalam darah, menghilangkan rasa nyeri pada sendi akibat asam urat, melancarkan sirkulasi darah, menormalkan gula darah, mengatasi ISK, menetralisir efek degenerative dan radikal bebas.
10. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
Kandungan : senyawa kalium, glikosida, minyak atsiri, saponin, ortosifonin.
Mamfaat : kandunga ortosifonin dan garan kalium (terutama pada daunnya) adalah kkomponen utama yang membantu larutnya asam urat, fosfat dan oksalat dalam tubuh manusia (terutama dalam kandung kemih, empedu maupun ginjal) sehingga dapat mencegah endapan batu ginjal.
Kumis kucing dapat juga digunakan untuk menurunkan kadar gula darah dan mengobati reumatik.
11. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
Kandungan : saponin, alkaloid, polifenol, lignin, minyak atsiri, sterol (yang berkhasiat menyembuhkan berbagai pennyakit kronis seperti kanker dan DM)
Manfaat : buahnya sebagai antikanker, antidisentri, antiinsekta, mengatasi DM, hepertensi, reumatik, asam urat.
Daunnya untuk mengatasi TB, radang mata dan tenggorokan.
Wanita hamil dan bayi dilarang mengkonsumsi mahkota dewa karena kandungan kimianya sangat aktif.
12. Mengkudu (Morinda citrifolia)
Kandungan : metal aseti ester untuk mematikan kuman, morindadiol sebagai pencahar, soranyidiol untuk melancarkan keluarnya urin, dan lain-lain.
Manfaat : meningkatkan daya tahan tubuh, menormalkan tekanan darah, melawwan tumor dan kanker, analgetik karena kandungan xeronine dalam buahnya, antiinflamasi dan antialergi karena kandungan scopoletin, antibakteri dan lain-lain.
13. Sosor bebek (Kalanchoe piñata Pers)
Mengandung bufadienolides yang bersifat antitumor, rasa sedikit asam, lunak dan dingin, juga ada zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C, alkaloid, flavonoid, quercetin-3-diarabinoside dan kaempferol-3-glicoside.
Tanaman ini selain antitumor juga mempunyai sifat antiradang, menghentikan perdarahan, mengurangi pembengkakan dan mempercepat penyembuhan luka.
14. Daun kemangi
Khasiat untuk pria :
Kemangi mengandung zat aktif sineol dan arginine. Khasiatnya mampu mengatasi ejakulasi premature, melebarkan pembuluh kapiler, memperkuat daya tahan sperma, dan mencegah kemandulan pada pria. Kandungan apigenin fenkhona dan eugenol dalam kemangi dapat mempermudah ereksi.
Khasiat untuk wanita :
Seluruh bagian kemangi kaya senyawa anetol dan boron yang mampu merangsang estrogen. Senyawa eugenol mampu membunuh jamur penyebab keputihan. Zat stigmaasterol dapat merangsang pematangan telur. Tannin dan seng mengurangi sekresi cairan vagina dan zat triptofan yang dapat menunda menopause.
15. Belimbing (Averrhoa pentandra)
Manfaatnya untuk mengobati gondongan, jerawat, panu, batuk, pertusis, dan sariawan.
16. Daun salam (Syzygium polyanthum)
Dapat digunakan untuk bumbu masak, mengobati diare, kencing manis, menurunkan kolesterol dan tekanan darah, maag, mabuk alcohol, kudis, gatal-gatal.
17. Daun sirih
Bermanfaat unuk mengobati mimisan, diare, sakit gigi, alergi, bronchitis, dan keputihan.
CARA PEMBUATAN, PENGOLAHAN, DAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami perubahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan terdiri atas simplisia nabati, hewani, dan pelican/mineral.
Bahan baku simplisia dapat dari :
a. Tanamana luar
Banyak kendala dan variabilitas yang tidak dapat dikendalikan seperti asal tanaman, umurr dan tempat tumbuh.
b. Tananman budidaya
Ada keseragaman umur, masa panen, dan galur tanaman dapat dipantau.
Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah memenuhi persyaratan yang berlaku.
1. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman bahan baku hendaklah dilakukan pemeriksaan secara organoleptik dan laboratoris.
2. Setiap bahan baku yang diterima hendaklah diberi label yang dapat memberi informasi mengenai nama daerah dan nama latin, tanggal penerimaan, dan pemasok.
3. Semua pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan baku hendaklah dicatat dalam kartu atau buku persediaan yang meliputi nama, tanggal penerimaan atau pengeluaran, serta nama dan alamat pemasok.
4. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dilakukan sortasi untuk membebaskan dari bahan asing dan kotoran lain.
5. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dicuci lebih dahulu dengan air bersih atau dibersihkan dengan cara yang tepat sehingga diperoleh simplisia yang bersih, dan terbebas dari mikroba patogen, kapang, khamir serta pencemar lainnya.
6. Simplisia yang telah dicuci hendaklah dikeringkan lebih dahulu dengan cara yang tepat sehingga tidak terjadi perubahan mutu dan mencapai kadar air yang dipersyaratkan.
7. Simplisia yang sudah bersih serta kering dan bahan baku yang bukan simplisia yang telah lulus dari pemeriksaan mutu bila tidak langsung digunakan hendaklah disimpan dalam wadah tertutup dan diberi label yang menunjukkan status simplisia dan bahan baku tersebut.
8. Label sebagaimana dimaksud pada butir 7 hanya boleh dipasang oleh petugas yang ditunjuk pimpinan bagian pengawasan mutu dan warna label dibuat berbeda dengan label yang digunakan pada 2.
9. Pengeluaran simplisia yang akan diolah dilakukan oleh petugas yang ditunjuk dengan cara mendahulukan simplisia yang disimpan lebih awal (First In, First Out), atau yang mempunyai batas kadaluwarsa lebih awal (First Expired, First Out).
10. Semua bahan baku yang tidak memenuhi syarat hendaklah ditandai dengan jelas, disimpan secara terpisah menunggu tindak lanjut.
Tahapan pembuatan simplisia :
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam simplisia tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Tahapan ini sangat menentukan kualitas bahan baku.
2. Sortasi basah
Pemillihan hasil panen ketika tanaman ketika masih segar dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan serta baguan tanaman yang rusak.
3. Pencucuian
Bertujuan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada tanaman terutama yang berasal dari dalam tanah (akar,umbi, rimpang dan lain-lain) dan yang tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk
Bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan bahan baku sehingga proses pengeringan akan berlangsung cepat.
5. Pengeringan
Mengeluarkan kandungan air sampai kadar lebih kurang 10% bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak mudah dikontaminasi oleh fungi, jamur dan bakteri, menghentikan aktivitas enzim, mengurangi/mencegah perubahan kimia kandungan yang berkhasiat, ringkas dan mudah disimpan serta tahan lama.
6. Sortasi kering
7. Pengepakan
Dilakukan dalam wadah tersendiri tiap-tiap simplisia dengan identitas (label) dan disimpan dengan baik. Syarat wadah yang digunakan adalah inert, tidak beracun, mampu melindungi simplisia dari cemaran, penguapan kandungan aktif, pengaruh cahaya, oksigen, dan uap air.
Bentuk sediaan obat tradisional :
a. Sediaan sederhana : rajangan, serbuk, teh, sirup, tonikum
b. Sediaan modern : pil, tablet, kapsul, cream, ssalep, supositoria anal.
Dalam menggunakan tumbuhan obat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga hasli pengobatan maksimal :
1. Waktu pengumpulan
a. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum menjadi masak
b. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar
c. Buah dipetik dalam keadaan masak
d. Bijji dikumpulkan dari buah yang tidak masak sempurna
e. Akar, rimpang, umbi dan umbi lapis dikumpulkan sewaktu proses tumbuhan berhenti
2. Pencucian dan pengeringan
Bahan segera dicuci setelah dikumpulkan dengan air bersih mengalir. Setelah itu dapat dimanfaatkan atau dikeringkan untuk disimpan dan digunakan sewaktu-waktu.
Cara pengeringan bahan obat :
a. Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong-potong seperlunya terlebih dahulu
b. Pengeringan bisa langsung bisa langsung di bawah sinar matahari atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlau cepat
c. Pengeringan juga bisa dilakukan dengan pengangin-anginan bahan di tempat yang teduh atai di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik
3. Sifat dan cita rasa
Dalam tradisional chines pharmacologi dikenal 4 macam sifat dan 5 maca rasa tumbuhan obat yang merrupakan bagian dari cara pengobatan tradisional timur.
4 maca sifat tumbuhan : dingin, hangat, panas, sejuk.
Panas dan hangat digunakan untuk sindroma dingin seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah pucat, nadi lambat.
Dingin dan sejuk untuk sindroma panas seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua, lidah merah, denyut nadi cepat.
5 macam cita rasa tumbuhan obat : pedas, asam, asin, manis, pahit.
Pedas : sifat menyebar dan merangsang.
Manis : berkhasiat tonik dan menyejukkan.
Asam : berkhasiat mengawetkan dan pengelat.
Pahit : menghilangkan panas dan lembab.
Asin : melunakan dan sebagai pencahar.
Netral/tawar : sebagai peluruh kencing
4. Cara merebus ramuan obat
Dilakukan dalam pot keramik / panic email. Tidak boleh panic dari besi, aluminium / kuningan, karena dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun dan menimbulkan efek samping akibat reaksi kimia dengan bahan obat.
Perebusan menggunakan air bersih. Caranya :
Bahan dimasukkan ke dalam pot tanah.
Masukkan air sampai terendam seluruhnya dan 30 mm diatasnya.
Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam bahan ramuan obat.
Sampai sebelum mendidih api boleh besar tetapi setelah mendidih api harus kecil untuk mencegah penguapan dengan cepat.
5. Waktu minum obat
Kalau tidak ada petunjuk biasanya diminum sebelum makan kecuali obat tersebut merangsang lambung dan diminum setelah makan.
Obat berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong. Obat berkhasiat sedative sewaktu ingin tidur. Pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara teratur.
6. Cara minum obat
Obat biasanya diminum 1 dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum. Umumnya diminum selagi hangat terutama untuk pengobatan sindroma dingin. Setelah minum obat pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap hangat dan mengeluarkan keringat.
Untuk sindroma panas obat diminum dalam keadaan dingin. Obat yang sedikit toksik diminum sedikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosis secara bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.
7. Lama pengobatan
Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia hasil pengobatan lambat namun sifatnya konstruktif. Pemakaian tidak dianjurkan untuk keadaan akut.
Tumbuhan aoabt lebih diutamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan oleh obat kimia atau perlu kombinasi.
KEAMANAN, KUALITAS, DAN EFEKTIFITAS OBAT TRADISIONAL
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada obat modern karena memiliki efek samping relative sedikit.
Kelebihan obat tradisional adalah
a. Efek samping obat tradisional relative kecil bila digunakan secara benar dan tepat. Tepat takaran/dosis, tepat waktu penggunaan, tepat cara penggunaan, tepat indikasi, dan tepat pemilihan bahan secara benar.
b. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit metabolic dan degenerative
c. Harganya murah, bahkan tidak memakan biaya sama sekali karena bisa ditanam sendiri
d. Obat tradisional bebas diperoleh tanpa resep dokter
e. Jika hasil diagnosis sudah jelas, pengobatan dan perawatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga sendiri tanpa bantuan medis dan sarana laboratorium
f. Efeknya lambat tapi bersifat stimulan dan konstruktif.
g. Adanya efek komplementer dan sinergisme dalam ramuan obat tradisional / komponen bioaktif (satu tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa obat)
Kekurangan obat tradisional adalah
a. Efek farmakologisnya lemah
b. Bahan baku bellum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines
c. Belum dilakukan uji klinik
d. Mudah tercemar berbagai mikroorganisme
Efek Samping Obat Tradisional
Definisi obat tradisional yang telah direkomendasikan depkes dengan kalimat “… yang secara tradisional digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman”.
Secara tradisional maksudnya adalah jenis bahan, cara menyiapkan, takaran serta waktu dan cara penggunaan. Penyimpangan dari asspek tersebut menyebabkan ramuan tidak aman atau berbahaya bagi kesehatan.
Ada beberapa obat tradisional yang setelah dilakukan uji preklinis berefek toksik pada tubuh. Contohnya merica baik untuk DM tapi dapat meningkatkan tekanan darah sehingga tidak baik untuk pasien DM dengan hipertensi. Kencur dapat digunakan untuk menekan batuk tapi dapat meningkatkan tekanan darah.
Walaupun demikian efek samping obat tradisional tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern. Pada obat tradisional terdapat suatu mekanisme sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut yang dikenal dengan SEES (side effect eliminating subtanted).
Obat tradisional dapat ditingkatkan efektifitasnya dengan memperhatikan hal berikut :
a. Rasionalisasi formulasi obat tradisional
b. Menningkatkan peran teknologi farmasetika
c. Menjaga kualitas bahan baku
Untuk melihat keamanan dan efektifitas obat tradisional dapat dilakukan uji berikut :
1. Uji preklinis
Dilakukan pada hewan coba untuk menilai farmakokinetik, fakmakodinamik (toksisitas dan efektifitas) sehingga diketahui dosis aman dan dosis toksik.
2. Uji klinis
Dilakukan pada manusia. Ada beberapa fase
a. Fase I, untuk menilai keamana obat dengan menggunakan 1/50 dosis minimal efektif pada hewan coba.
Syarat : dilakukan secara terbuka, dujikan pada 20-50 orang (sukarelawan sehat), dilakukan oleh ahli.
b. Fase II, untuk menilai efektifitas obat.
Syarat : dilakukan oleh ahli, diujikan pada 100-200 orang yang sakit/penderita, mengikuti protocol, memperhatikan kode etik, komperatif, pemilihan orang coba secara acak dan tersamar ganda (peneliti dan orang coba sama-sama tidak tahu) untuk meningkatkan validitas.
c. Fase III, untuk menilai efektifitas obat dibandingkan dengan obat standar.
Diujikan pada 500 orang dan tidak perlu tenaga terlalu ahli karena sudah jelas aman dna efektif.
d. Fase IV (post marketing surveilence)
Dilakukan beberapa saat setelah obat dipasarkan/digunakan secara luas di masyarakat. Bertujuan untuk mendeteksi adanya efek samping pada populasi serta efek samping yang tidak terdeteksi pada uji klinik fase I, II, dan III.
PERAN BPOM
a. Melakukan penelitian dan pengembangan obat tradisional
b. Memberikan dan mencabut izin usaha obat tradisional dan industri kecil obat tradisional untuk pemeliharaan mutu
c. Memberikan izin edar kepada industri obat tradisional sebelum obat tradisional diedarkan di wilayah Indonesia kecuali obat tradisional yang diproduksi perorangan
d. Mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan peredaran obat tradisional yang telah dicabut izin edarnya sehingga obat tradisional tersebut dapat disita dan dimusnahkan
e. Pembinaan pengamanan obat tradisional
f. Melakukan pengawasan mengenai pengamanan obat tradisional baik secara premarket maupun post market
g. Menyediakan sarana pengaduan konsumen untuk masyarakat
h. Melakukan monitoring terhadap kegiatan pelaku usaha
i. Memberikan persetujuan pemasukan obat tradisional
j. Menuntut pelaku usaha yang melanggar ketentuan sampai diterapkan sanksi yang berlaku
k. Memberikan tindakan administrative kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
l. Mendorong peran serta masyarakat dalam mengawasi peredaran obat tradisional