Oleh :
Imil Irsal Imran
Dalam masyarakat kita dewasa ini, banyak penyakit-penyakit kronis yang menimpa segala lapisan masyarakat, salah satunya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi saat ini merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Hipertensi seringkali tidak disadari karena tidak mempunyai gejala khusus. Namun penyakit ini memiliki banyak komplikasi terutama ke organ-organ vital seperti jantung, otak, ginjal, dan lain-lain. Sebagian dari penderita hipertensi ada yang kurang menanggapi, tetapi tidak sedikit pula yang mencari pertolongan dengan segera.
Hipertensi adalah tekanan darah arterial yang tinggi, dengan berbagai kriteria sebagai batasannya telah diajukan, yaitu tekanan sistol lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastol lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dapat memiliki penyebab yang tidak diketahui (esensial) atau berkaitan dengan penyakit primer lain (hipertensi sekunder).1
Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup lazim ditemukan, terutama di negara-negara maju dan pada lanjut usia (kelompok penduduk yang berumur 35 tahun ke atas). Di Amerika Serikat, sekitar 18-32% penduduknya menderita hipertensi. Di Cina persentase kasusnya lebih rendah, yaitu sekitar 13%. Tetapi hal yang umum dari fenomena ini adalah bahwa sebagian besar kasus hipertensi itu tidak terkontrol.2
Di Indonesia sendiri telah banyak dilakukan pengumpulan data prevalensi. Hasilnya menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita hipertensi yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6% sampai dengan 15%.3
Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Namun resiko ini meningkat seiring bertambahnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Faktor risiko ini akan meningkat bagi orang yang memiliki orang tua dengan riwayat hipertensi. Selain itu ada juga faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko hipertensi seperti obesitas, konsumsi garam, stress, dan olah raga. Namun faktor-faktor tersebut bisa dimodifikasi dengan menerapkan gaya hidup sehat.3
Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi seperti penyakit jantung koroner, perdarahan otak, stroke, kelumpuhan yang dapat mengurangi kualitas hidup. Hipertensi pada dasarnya juga mengurangi harapan hidup para penderitanya.4,5
Pengelolaan pasien hipertensi rawat inap dilakukan dengan terapi obat dan terapi nutrisi. Keberhasilan terapi nutrisi untuk pasien hipertensi dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi.6 Obat-obatan yang diberikan seperti Calcium Chanel Blocker (CCB), β-Blocker, diuretik, dan lain-lain.3 Sedangkan terapi nutrisinya antara lain mengurangi konsumsi garam dan mengurangi konsumsi kolesterol untuk mencegah komplikasi.
Terapi nutrisi merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan hipertensi agar tidak jatuh kepada kondisi yang lebih berat atau komplikasi. Untuk itu puskesmas sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang penting dalam melakukan penatalaksaan hipertensi dengan terapi nutrisi.
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses-proses dalam tubuh manusia untuk menerima dan mengolah makanan. Proses tersebut yaitu digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan. Nutrisi berguna untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. 7,8,9Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, enam kategori zat makanan adalah karbohidrat sebagi sumber energi yang utama, protein, lemak, vitamin dan mineral serta air. 10,11
Pada penderita hipertensi, pengaturan nutrisi untuk mengendalikan tekanan dah. Sehingga terapi nutrisi mejadi bagian dari terapi non farmakologis pada kasus hipertensi selain menngubah gaya hidup.
Tabel 3.2 Tabel terapi non farmakologi pada hipertensi12
Diet | Makan kaya buah, sayur, susu, rendah lemak | Penurunan tekanan sistol 8-14 mmHg |
Diet | Garam dikurangi menjadi tidak lebih dari 100mEq/L (2,4 gram garam natrium atau 6 gram garam dapur) sehari | Penurunan tekanan sistol 2-8 mmHg |
Menurunkan berat badan | 18,5 – 24,9 | Penurunan tekanan sistol 5-10 mmHg/10 kgBB turun |
Aktivitas fisik | Gerak badan teratur, misalnya jalan 30 menit/hari | Penurunan tekanan sistol 4-9 mmHg |
Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah arterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.13
Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”, dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari “kuantitas” dan “kualitas” yang terdiri dari:13
- Sumber karbohidrat : biji-bijian.
- Sumber protein hewani : ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu rendah/bebas lemak.
- Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil olahannya.
- Sumber vitamin dan mineral : sayur dan buah-buahan segar.
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.13
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :13
- Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
- Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
- Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.13
Selain pembatasan garam, penderita hipertensi perlu mengurangi berat badan dan pembatasan konsumsi alkohol. Menurut penelitian insiden hipertensi meningkat lebih dari 54% pada orang gemuk. Peneliti juga mendapatkan penurunan tekanan darah sebesar 12,7 mmHg sampai 20 mmHg pada penurunan berat badan rata-rata 11,7kg.14
Bagi penderita hipertensi yang gemar mengkonsumsi alkohol perlu melakukan pembatasan minum alkohol. Minum alcohol merupakan penyebab hipertensi sekunder yang paling banyak, diperkirakan sebanyak 5-12 % kasus.14
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorlan, W.A Newman.2006.Kamus Kedokteran. Editor Bahasa Indonesia: dr,Andy Setiawan,dkk.:EGC
Diakses tanggal 14 Juni 2011
3. Sudoyo, Aru W., Bambang Setiohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati.2007. Ginjal Hipertensi. Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta: EGC
Diakses tanggal 14 Juni 2011
Diakses tanggal 14 Juni 2011
6. Dwi, Ruli, Hartanti. 2010. Hubungan Pendidikan Formal dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diit pada Pasien Hipertensi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Diakses dari : http://etd.eprints.ums.ac.id/10300/ Diakses tanggal 14 Juni 2011
7. Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
8. Alimul, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
9. I Dewa Nyoman Suparisa, dkk.2001. Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC
10. Potter, P,dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
11. Setiati, Siti ,2000, Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan Untuk Mengasuh Orang Usia Lanjut Jakarta : FKUI
12. Lumbatobing.2008.Hipertensi.Chapter II. Diakses dari : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21596/4/Chapter%20II.pdf
Diakses tanggal 20 Juni 2011
Diakses tanggal 14 Juni 2011
14. Lily Ismudiati,dkk.1996.Kardiologi.Jakarta: FKUI