Tidak ada yang lebih aku sesali dari pada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam, sementara umurku berkurang tetapi amalku tidak bertambah (Abdullah bin Mas'ud).

Kamis, 25 November 2010

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT STRES DENGAN KEIMANAN

Oleh : Imil Irsal Imran


          Memiliki tubuh yang sehat adalah dambaan setiap orang. Dengan tubuh yang sehat seseorang dapat berkarya dan menikmati hidup. Untuk itu setiap orang berupaya mendapatkan tubuh yang sehat. Harta tidak akan berharga jika tubuh tidak sehat. Orang rela menghabiskan uang yang dimilikinya apabila kesehatannya terganggu.
Berdasarkan UU kesehatan no 23/1992 Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Salah satu yang sering menyebabkan seseorang merasa sakit adalah stress. Stres muncul ketika seseorang tidak mampu beradaptasi terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya atau stresor. Stres selain menyebabkan gangguan secara psikologi seseorang seperti ansietas atau kecemasan, juga memiliki dampak fisik terhadap tubuh kita. Orang stress sering tidak bisa menikmati hidupnya karena merasa tidak nyaman terhadap situasi yang dialaminya.
Salah satu cara menanggulangi stress adalah dengan meningkatkan keimanan. Iman yang kuat akan menyebabkan seseorang dengan mudah beradaptasi terhadap stressor sehingga stres dapat ditanggulangi. Hal ini disebabkan kuatnya keyakinan kepada Allah dan mampu menerima setiap takdir dengan ikhlas dan sabar serta berprasangka baik kepada Allah bahwa takdir yang ditetapkan Allah kepadanya merupakan hal yang terbaik baginya. Sebagaiman disebutkan dalam Al Quran surat At-Taghabun ayat 11 yang artinya:
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”1
Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)2.
Dalam ayat lain dalam Al-Quran Allah berfirman :
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati orang yang beriman menjadi tentram.” (Q.S. Ar-Ra’ad ayat 28)1
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. " (QS. Al An'aam, 6:125)1.
Orang yang jauh dari agama menimbulkan perasaan tidak nyaman, khawatir dan stres. Hal ini tercermin pada raga mereka. Tubuh mereka akan lebih mudah rusak dan sakit, bahkan proses penuaannya lebih cepat. Sedangakn orang yang beriman sehat secara kejiwaan. Mereka tidak mengalami stres atau berkecil hati apabila ditimpa oleh masalah. Mereka tunduk dan tawakal kepada Allah sehingga memiliki jiwa yang kokoh. Kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan apa yang terjadi sembari berharap akan janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur'an, dan yang benar-benar memahami agama. Akibatnya jasmani akan lebih terjaga dan tidak mudah sakit. Tentu saja mereka pun dapat menderita sakit dan pada akhirnya mengalami penuaan, namun proses alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada sisi kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh orang yang tidak beriman.3
Ibnu Al-Qayyim menulis dalam buku Thibb An Nabawi : kalau hati sudah terikat dengan Rabb dari sekalian makhluk, pencipta dari segala obat dan penyakit, pengatur yang mengurus segala sesuatu sesuai kehendak-NYA sendiri, pasti hati tersebut memilki berbagai macam obat yang tidak dimiliki oleh hati yang jauh dan berpaling dari Allah. Kalau Ruhani kuat, maka tabiat dan jiwa manusianya juga menjadi kuat. Tabiat dan jiwa seseorang akan saling mendukung dalam mengusir dan mengatasi penyakit. Tidak mungkin dipungkiri bahwa obat yang paling mujarab itu dimiliki oleh orang yang tabiat dan jiwanya kuat, yang selalu merasa senang dan tentram karena menjadi dekat dengan penciptanya, merasa suka dan nikmat berdzikir kepada Allah, seluruh kekuatan tertuju hanya kepada Allah, selalu memohon pertolongan dan bertawakal kepada Allah. Kekuatan yang ada pada dirinya dapat menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh4.
Seorang penulis tentang iImu-ilmu kejiwaan yang bernama Dale Carnigie mengatakan bahwa iman dapat mencegah ketegangan. Para dokter kejiwaan sepakat bahwa keimanan yang kokoh dan berpegang pada agama dapat menghilangkan ketegangan syaraf dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Seorang Ilmuwan bernama Budley, mengatakan bahwa keimanan yang kuat akan lebih baik menenangkan saraf dari pada obat penenang.4
Dr. Moh.Soleh mengatakan bahwa iman memiliki efek terhadap korteks amigdala. Iman berkontribusi ketika melakukan transaksi atau memberikan sinyal berupa muatan nilai yang dapat dijadikan dasar pijakan bagi neo korteks dalam mengendalikan amigdala-hipokampus. Ini dilakukan agar amigdala memberikan respons terhadap tiap rangsangan (stimulus) dengan respons normal, positif, bukan respon darurat dan negatif.4
Dr. Moh. Saleh menjelaskan rangsangan stres berjalan dari panca indra ke batang otak, menuju thalamus. Di thalamus, rangsangan itu diformat sesuai bahasa otak. Sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus dan sekitarnya, lalu sebagian besar dikirim ke neo korteks. Di neo korteks inilah rangsangan dianalisis dan dipahami. Hipokampus adalah tempat bagi ingatan dan penyimpanan berbagai pesan termasuk pesan keagamaan, seperti pesan harus sabar bila tertimpa musibah. Maka hipokampus sesuai dengan fungsinya, memberikan makna dari rangsangan kematian itu dengan makna yang normal dan positif. Jika hipokampus tidak pernah menyimpan pesan keagamaan, bisa jadi rangsangan kematian itu oleh hipokampus diberi makna cemas, depresi, atau stress dan sejumlah momen-momen darurat lainnya. Sementara itu, neokorteks prefrontal kiri mengendalikan prefrontal kanan di mana perasaan cemas, depresi, dan agresif bersarang, agar menerima rangsangan stres itu dengan analisis respons kesabaran, positif dan normal. Jika kedua neokorteks kiri-kanan sepakat bulat bahwa rangsangan itu diterima sebagai suatu kesabaran, kepastian keputusan itu dikirim ke hipokampus untuk dicocokkan apakah pesan kesabaran ketika menerima musibah itu pernah tersimpan dalam memori hipokampus. Jika ragu-ragu, rangsangan itu berpindah-pindah dari amigdala, hipokampus, dan korteks sampai akhirnya mencapai kepastian. Jika ya, rangsangan itu dikirim ke amigdala yang mempunyai serangkaian tonjolan dengan reporter yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter, mengirim ke wilayah sentralnya, menghidupkan hipotalamus, batang otak, dan system syaraf otonom.4
Selain mengganggu jiwa stres juga menyebabkan gangguan fisik terhadap tubuh. Gangguan umum yang terkait dengan stres dan depresi adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan pada obat terlarang, gangguan tidur, gangguan pada kulit, perut dan tekanan darah, pilek, migrain , sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal, kesulitan bernapas, alergi, serangan jantung, dan pembengkakan otak. Tentu saja stres dan depresi bukanlah satu-satunya penyebab semua ini, namun secara ilmiah telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan semacam itu biasanya bersifat kejiwaan.3
Apabila seseorang menderita stres, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan tanda bahaya. Ini menyebabkan terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh: Kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat dan penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi. Terjadi peningkatan aktivitas gula, kolesterol dan asam-asam lemak dalam aliran darah. Tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah bagi tubuh.3
Stres berat dapat berakibat lebih buruk. Akibat stres, kadar adrenalin dan kortisol di dalam tubuh meningkat di atas batas normal. Kortisol adalah hormon glukokortikoid agonis5 yang dihasilkan dikorteks adrenal dan di bawah pengaruh aksis hipotalamus-pituitari-adrenal. Hormon ini berpengaruh terhadap metabolisme, sistem imun dan tekanan darah. Hormon ini sangat penting dalm keaadan stress.6 Dalam keadaan stress atau darurat hormon ini akan mengubah protein dan lemak menjadi glukosa. Selain itu molekul kortisol akan memberikan perintah untuk mengutamakan makanan ke otak dan ke jantung dari pada organ lain, serta menghambat kerja beberapa hormon lain agar suhu tubuh tidak naik.7
Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama juga dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe dua karena kortisol dapat mensupresi fungsi insulin dengan menghambat keberadaan reseptor insulin dan afinitasnnya.6
Dampak lain paling merusak dari stres adalah serangan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang agresif, khawatir, cemas, tidak sabar, dengki, suka memusuhi dan mudah tersinggung memiliki peluang terkena serangan jantung jauh lebih besar daripada orang yang tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat tersebut. Stres menyebabkan rangsangan berlebihan pada sistem saraf simpatetik. Saran simpatetik berperan dalam mengatur percepatan denyut jantung, perluasan bronkia, penghambatan otot-otot halus sistem pencernaan makanan. Akibatnya selain jantung, sistem pernafasan dan pencernaan juga terganggu.3
Selain itu stress juga berdampak terhadap sel darah merah dan sistem imun. Para ilmuwan telah mengetahui bahwa semakin parah tingkat stres, maka akan semakin lemahlah peran positif sel-sel darah merah di dalam darah. Berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh Linda Naylor dari Universitas Oxford stress berpengaruh terhadap kekebalan tubuh dan dapat diukur berdasarkan tingkatan stress. Selain itu stress akan menstimulasi otak untuk meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh, yang melemahkan sistem kekebalan.3
Berdasarkan paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa stress dapat mengganggu keseimbangan alamiah tubuh manusia. Dampaknya dapat berupa gangguan psikis dan juga fisik. Jadi upaya menghindari stress sangat penting agar kesehatan fisik dan psikis tetap terjaga. Salah satu upaya penting dalam menghindari stress adalah selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, sehingga kita dapat beradaptasi terhadap setiap stressor yang datang.
Daftar Pustaka
1. Al-Quran
Diakses tanggal 3 November 2010
3. Yahya, Harun.2005. Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama. Diakses dari : http://us1.harunyahya.com/Detail/T/6HQIRVG4296/productId/4556/STRES_DAN_DEPRESI:_AKIBAT_TIDAK_MENJALANKAN_AGAMA
Diakses tanggal 3 November 2010
4. Armis.2003.Penjelasan Singkat Beberapa Metode Terapi dengan Iman dan Amal Sholeh. Diakses dari : http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/nov08/islam_therapy/0026.htm
Diakses tanggal 3 November 2010
5. Anwar, Ruswana.2010.Fungsi Kelenjer Adrenal dan Kelainannya. Diakses dari : http://www.pdf-searcher.com/FUNGSI-KELENJAR-ADRENAL-DAN-KELAINANNYA.html
Diakses tanggal 3 November 2010
6. Irsal, Imil Imran, Mirnawati.2010.Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pekerja Larut dan Shift Malam. Karya Tulis Ilmiah : Padang
7. Yahya, Harun. 2007. Keajaiban Hormon. Diakses dari : http://www.harunyahya.com/indo/buku/hormon/hormon_06.htm
Diakses tanggal 3 November 2010

2 komentar:

  1. assalamu'alaikum wr. wb.
    Kalau konsep keimanannya untuk orang selain muslim gimana akh?
    Mereka kan punya tuhan versi mereka yang mereka imani?????

    BalasHapus
  2. 'alaikumussalam.
    ketenangan akan keimanan itu berasal dari Allah. bagi yang agama lain mereka mungkin akan mendapatkan ketenangan.pertanyaannya ketenangan yang didapatkannya apakah sebaik ketenangan dari Allah Yang Maha Pemberi. Dia-lah sebaik-baik pemberi.

    stres muncul karena ketidakmampuan beradaptasi dengan masalah. Iman kepada Allah sangat membantu adaptasi tersebut.

    Wallahualam

    BalasHapus