Tidak ada yang lebih aku sesali dari pada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam, sementara umurku berkurang tetapi amalku tidak bertambah (Abdullah bin Mas'ud).

Jumat, 18 Maret 2011

Shalat Tahajjud Sebagai Pengobatan Asthenia

Oleh :
Endri Pristiwadi

Kata asthenia berasal dari bahasa Yunani berarti tak ada kekuatan. Secara klinis didifinisikan sebagai suatu kelelahan umum yang kronis akibat adanya penurunan fungsi-fungsi tubuh (Fred Plum, 1992) sehingga menimbulkan ketidakmampuan seorang untuk melakukan kegiatan rutin. Salah satu jenis dari Asthenia adalah Kronoasthenia. Kronoasthenia merupakan Asthenia yang disebabkan gangguan pada kronobiologis. Dimana kronobiologis adalah irama biologis/irama sirkadian yang terjadi selama 24 jam di dalam tubuh secara periodik dan berkesinambungan mengatur perubahan mekanisme tubuh termasuk pengaturan hormonal, keadaan fisik, jam tidur, kelelahan dan fungsi biologis yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sholeh dalam bukunya “Terapi Shalat Tahajjud” yang menjelaskan bahwa Shalat Tahajjud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi dapat mendatangkan ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu mengurangi bentuk-bentuk tekanan mental seperti stres maupun depresi
Sholeh menjelaskan, shalat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk, dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga menumbuhkan coping mechanism yang efektif. Respon emosional yang positif atau coping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditrasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi Hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol, dan menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol. Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri kanan dengan mensekresi dopamin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.
Hipotalamus yang merupakan bagian utama dari sistem limbik mengatur sikap, prilaku dan banyak kondisi internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolaritas cairan tubuh dorongan untuk makan dan minum, mengatur berat badan. Rangsangan pada hipotalamus menimbulkan berbagai sekresi nuerohormonal melalui HPA axis yang merupakan dasar interaksi neurohormonal yang sangat sensitif terhadap stres, selanjutnya berpengaruh pada sisitem imunologi. Peran hipotalamus erat kaitannya dengan fungsi emosional yang akan bermanifestasi dalam prilaku fisik. Keteraturan bioritme yang dicontohkan rasullah SAW merupakan kendali yang akan mengontriol sekresi kortisol yang berpengaruh pada sistem imunologi dan berbagai metabolisme serta aktifitas kardiovaskuler. Demikianlan Dr. Mohammad Sholeh menjelaskan bagaimana tahajjud menurunkan kadar kort Status psikologis ibu yang kurang matang (labil) isol sehingga menghilangkan stres dan meningkatkan daya tahan tubuh (imunologik).
Gangguan irama sirkadian memberikan gambaran yang sama dengan peningkatan kortisol akibat adanya stress. Dengan cara mengamalkan shalat tahajjud dengan kontinyu akan menekan produksi kortisol seperti yang telah dibahas diatas, sehingga gangguan asthenia dapat dihilangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar