Tidak ada yang lebih aku sesali dari pada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam, sementara umurku berkurang tetapi amalku tidak bertambah (Abdullah bin Mas'ud).

Kamis, 28 Januari 2010

KRITERIA PENGHUNI SURGA

1. Muttaqin, yaitu orang yang bertaqwa kepada Robb mereka.
2. Orang-orang yang beriman (al-mu’minun)
3. Orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya.
4. Orang-orang yang menjauhi diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.
5. Orang-orang yang menunaikan zakat.
Yang dimaksud dengan zakat di sini adalah bagian dari harta yang harus dikeluarkan zakatnya, dan juga berarti segala sesuatu yang bias menyucikan jiwa mereka, berupa perkataan maupun perbuatan. (Salah satu arti zakat itu adalah “menyucikan”).
6. Orang-orang yang menjaga kemaluannya.
Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
7. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
8. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.
9. Orang-orang yang menahan amarahnya.
10. Orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain.
11. Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri-sendiri, mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun terhadaap dosa-dosa mereka.
12. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mengetahui.

Sumber : Kajian Ramadhon karangan Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin

Imam Bukhari

Nama dan Nasabnya

Beliau bernama Muhammad, putra dari Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi, biasa dipanggil dengan sebutan Abu ‘Abdillah. Beliau dilahirkan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at 13 Syawwal 194 H di Bukhara (Bukarest). Ketika masih kecil, ayahnya yaitu Isma’il sudah meninggal sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu. Ghinjar dan Al-Lalika’i menceritakan bahwa ketika kecil kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya.” Pagi harinya dia dapati penglihatan anaknya telah sembuh (lihat Hadyu Sari, hal. 640)

Sanjungan Para Ulama Kepadanya

Abu Mush’ab rahimahullah (di dalam cetakan tertulis Abu Mu’shab, sepertinya ini salah tulis karena dalam kalimat sesudahya ditulis Abu Mush’ab, pent) Ahmad bin Abi Bakr Az Zuhri mengatakan, “Muhammad bin Isma’il (Bukhari) lebih fakih dan lebih mengerti hadits dalam pandangan kami daripada Imam Ahmad bin Hambal.” Salah seorang teman duduknya berkata kepadanya, “Kamu terlalu berlebihan.” Kemudian Abu Mush’ab justru mengatakan, “Seandainya aku bertemu dengan Malik (lebih senior daripada Imam Ahmad, pent) dan aku pandang wajahnya dengan wajah Muhammad bin Isma’il niscaya aku akan mengatakan: Kedua orang ini sama dalam hal hadits dan fiqih.” (Hadyu Sari, hal. 646)

Qutaibah bin Sa’id rahimahullah mengatakan, “Aku telah duduk bersama para ahli fikih, ahli zuhud, dan ahli ibadah. Aku belum pernah melihat semenjak aku bisa berpikir ada seorang manusia yang seperti Muhammad bin Isma’il. Dia di masanya seperti halnya Umar di kalangan para sahabat.” (Hadyu Sari, hal. 646)

Muhammad bin Yusuf Al Hamdani rahimahullah menceritakan: Suatu saat Qutaibah ditanya tentang kasus “perceraian dalam keadaan mabuk”, lalu masuklah Muhammad bin Isma’il ke ruangan tersebut. Seketika itu pula Qutaibah mengatakan kepada si penanya, “Inilah Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, dan Ali bin Madini yang telah dihadirkan oleh Allah untuk menjawab pertanyaanmu.” Seraya mengisyaratkan kepada Bukhari (Hadyu Sari, hal. 646)

Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan, “Negeri Khurasan belum pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad bin Isma’il.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Bundar Muhammad bin Basyar rahimahullah mengatakan tentang Bukhari, “Dia adalah makhluk Allah yang paling fakih di zaman kami.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Hasyid bin Isma’il rahimahullah menceritakan: Ketika aku berada di Bashrah aku mendengar kedatangan Muhammad bin Isma’il. Ketika dia datang, Muhammad bin Basyar pun mengatakan, “Hari ini telah datang seorang pemimpin para fuqoha’.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Muslim bin Hajjaj rahimahullah -penulis Shahih Muslim, murid Imam Bukhari- mengatakan, “Aku bersaksi bahwa di dunia ini tidak ada orang yang seperti dirimu (yaitu seperti Bukhari).” (Hadyu Sari, hal. 650)

Kekuatan Hafalan Imam Bukhari dan Kecerdasannya

Muhammad bin Abi Hatim Warraq Al Bukhari menceritakan: Aku mendengar Bukhari mengatakan, “Aku mendapatkan ilham untuk menghafal hadits ketika aku masih berada di sekolah baca tulis (kuttab).” Aku berkata kepadanya, “Berapakah umurmu ketika itu?” Dia menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian setelah lulus dari Kuttab, aku pun bolak-balik menghadiri majelis haditsnya Ad-Dakhili dan ulama hadits lainnya. Suatu hari tatkala membacakan hadits di hadapan orang-orang dia (Ad-Dakhili) mengatakan, ‘Sufyan meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.’ Maka aku katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.’ Maka dia pun menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, ‘Rujuklah kepada sumber aslinya, jika kamu punya.’ Kemudian dia pun masuk dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, ‘Bagaimana kamu bisa tahu wahai anak muda?’ Aku menjawab, ‘Dia adalah Az Zubair (bukan Abu Zubair, pen). Nama aslinya Ibnu Adi yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim.’ Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku, ‘Kamu benar’. Menanggapi cerita tersebut, Bukhari ini Warraq berkata, “Biasa, itulah sifat manusia. Ketika membantahnya umurmu berapa?” Bukhari menjawab, “Sebelas tahun.” (Hadyu Sari, hal. 640)

Hasyid bin Isma’il menceritakan: Dahulu Bukhari biasa ikut bersama kami bolak-balik menghadiri pelajaran para masayikh (para ulama) di Bashrah, pada saat itu dia masih kecil. Dia tidak pernah mencatat, sampai-sampai berlalu beberapa hari lamanya. Setelah 6 hari berlalu kami pun mencela kelakuannya. Menanggapi hal itu dia mengatakan, “Kalian merasa memiliki lebih banyak hadits daripada aku. Cobalah kalian tunjukkan kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis.” Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan hadits tersebut. Lalu ternyata dia menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak lima belas ribu hadits. Dia membacakan hadits-hadits itu semua dengan ingatan (di luar kepala), sampai-sampai kami pun akhirnya harus membetulkan catatan-catatan kami yang salah dengan berpedoman kepada hafalannya (Hadyu Sari, hal. 641)

Muhammad bin Al Azhar As Sijistani rahimahullah menceritakan: Dahulu aku ikut hadir dalam majelis Sulaiman bin Harb sedangkan Bukhari juga ikut bersama kami. Dia hanya mendengarkan dan tidak mencatat. Ada orang yang bertanya kepada sebagian orang yang hadir ketika itu, “Mengapa dia tidak mencatat?” Maka orang itu pun menjawab, “Dia akan kembali ke Bukhara dan menulisnya berdasarkan hafalannya.” (Hadyu Sari, hal. 641)

Suatu ketika Bukhari rahimahullah datang ke Baghdad. Para ulama hadits yang ada di sana mendengar kedatangannya dan ingin menguji kekuatan hafalannya. Mereka pun mempersiapkan seratus buah hadits yang telah dibolak-balikkan isi hadits dan sanadnya, matan yang satu ditukar dengan matan yang lain, sanad yang satu ditukar dengan sanad yang lain. Kemudian seratus hadits ini dibagi kepada 10 orang yang masing-masing bertugas menanyakan 10 hadits yang berbeda kepada Bukhari. Setiap kali salah seorang di antara mereka menanyakan kepadanya tentang hadits yang mereka bawakan, maka Bukhari menjawab dengan jawaban yang sama, “Aku tidak mengetahuinya.” Setelah sepuluh orang ini selesai, maka gantian Bukhari yang berkata kepada 10 orang tersebut satu persatu, “Adapun hadits yang kamu bawakan bunyinya demikian. Namun hadits yang benar adalah demikian.” Hal itu beliau lakukan kepada sepuluh orang tersebut. Semua sanad dan matan hadits beliau kembalikan kepada tempatnya masing-masing dan beliau mampu mengulangi hadits yang telah dibolak-balikkan itu hanya dengan sekali dengar. Sehingga para ulama pun mengakui kehebatan hafalan Bukhari dan tingginya kedudukan beliau (lihat Hadyu Sari, hal. 652)

Muhammad bin Hamdawaih rahimahullah menceritakan: Aku pernah mendengar Bukhari mengatakan, “Aku hafal seratus ribu hadits sahih.” (Hadyu Sari, hal. 654). Bukhari rahimahullah mengatakan, “Aku menyusun kitab Al-Jami’ (Shahih Bukhari, pent) ini dari enam ratus ribu hadits yang telah aku dapatkan dalam waktu enam belas tahun dan aku akan menjadikannya sebagai hujjah antara diriku dengan Allah.” (Hadyu Sari, hal. 656)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menuturkan bahwa apabila Bukhari membaca Al-Qur’an maka hati, pandangan, dan pendengarannya sibuk menikmati bacaannya, dia memikirkan perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalamnya, dan mengetahui hukum halal dan haramnya (lihat Hadyu Sari, hal. 650)

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas jasa-jasa beliau dengan sebaik-baik balasan dan memasukkannya ke dalam Surga Firdaus yang tinggi. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dapat melanjutkan perjuangannya dalam membela Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyebarkannya kepada umat manusia. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Sumber : www.muslim.or.id

Mani, Wadi dan Madzi

Mani

Mani adalah cairan berwarna putih yang keluar memancar dari kemaluan, biasanya keluarnya cairan ini diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi dengan syahwat. Mani dapat keluar dalam keadaan sadar (seperti karena berhubungan suami-istri) ataupun dalam keadaan tidur (biasa dikenal dengan sebutan “mimpi basah”). Keluarnya mani menyebabkan seseorang harus mandi besar / mandi junub. Hukum air mani adalah suci dan tidak najis ( berdasarkan pendapat yang terkuat). Apabila pakaian seseorang terkena air mani, maka disunnahkan untuk mencuci pakaian tersebut jika air maninya masih dalam keadaan basah. Adapun apabila air mani telah mengering, maka cukup dengan mengeriknya saja. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah, beliau berkata “Saya pernah mengerik mani yang sudah kering yang menempel pada pakaian Rasulullah dengan kuku saya.” (HR. Muslim)

Wadi

Wadi adalah air putih kental yang keluar dari kemaluan seseorang setelah kencing. Keluarnya air wadi dapat membatalkan wudhu. Wadi termasuk hal yang najis. Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan, kemudian berwudhu jika hendak sholat. Apabila wadi terkena badan, maka cara membersihkannya adalah dengan dicuci.



Madzi

Madzi adalah air yang keluar dari kemaluan, air ini bening dan lengket. Keluarnya air ini disebabkan syahwat yang muncul ketika seseorang memikirkan atau membayangkan jima’ (hubungan seksual) atau ketika pasangan suami istri bercumbu rayu (biasa diistilahkan dengan foreplay/pemanasan). Air madzi keluar dengan tidak memancar. Keluarnya air ini tidak menyebabkan seseorang menjadi lemas (tidak seperti keluarnya air mani, yang pada umumnya menyebabkan tubuh lemas) dan terkadang air ini keluar tanpa disadari (tidak terasa). Air madzi dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, meskipun pada umumnya lebih banyak terjadi pada wanita. Sebagaimana air wadi, hukum air madzi adalah najis. Apabila air madzi terkena pada tubuh, maka wajib mencuci tubuh yang terkena air madzi, adapun apabila air ini terkena pakaian, maka cukup dengan memercikkan air ke bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah terhadap seseorang yang pakaiannya terkena madzi, “cukup bagimu dengan mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad hasan). Keluarnya air madzi membatalkan wudhu. Apabila air madzi keluar dari kemaluan seseorang, maka ia wajib mencuci kemaluannya dan berwudhu apabila hendak sholat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, “Cucilah kemaluannya, kemudian berwudhulah.” (HR. Bukhari Muslim)

Imam Syafi’i Sang Pembela Sunnah dan Hadits Nabi

Nama dan Nasab

Beliau bernama Muhammad dengan kunyah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-’Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau, yaitu Hasyim bin al-Muththalib.

Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi’, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi’i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi’, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki kemiripan fisik dengan Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam.

Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam Syafi’i berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa Imam Syafi’i bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala’ saja. Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kunyahUmmu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam Syafi’i adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath.

Waktu dan Tempat Kelahirannya

Beliau dilahirkan pada tahun 150. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.

Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman.

Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan.

Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu

Di Mekkah, Imam Syafi ‘i dan ibunya tinggal di dekat Syi’bu al-Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya dalam menghafal. Imam Syafi’i bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia diktekan, dia berkata kepadaku, ‘Tidak halal bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.’” Dan ternyata kemudian dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi seorang guru.

Setelah rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.

Beliau juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya, sekembalinya dari sana beliau telah berhasil menguasai kefasihan mereka dan menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah menentukan jalan lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji -mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid agar mendalami ilmu fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau melakukan pengembaraannya mencari ilmu.

Beliau mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti Muslim bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-’Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ -yang masih terhitung paman jauhnya-, Sufyan bin ‘Uyainah -ahli hadits Mekkah-, Abdurrahman bin Abu Bakar al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin ‘Iyadh, dan lain-lain. Di Mekkah ini, beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan Muwaththa’ Imam Malik. Di samping itu beliau juga mempelajari keterampilan memanah dan menunggang kuda sampai menjadi mahir sebagai realisasi pemahamannya terhadap ayat 60 surat Al-Anfal. Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya pasti mengena sasaran.

Setelah mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya. Terlebih lagi di sana ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa’. Maka berangkatlah beliau ke sana menemui sang Imam. Di hadapan Imam Malik, beliau membaca al-Muwaththa’ yang telah dihafalnya di Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau menjalani mulazamah kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Isma’il bin Ja’far, Ibrahim bin Sa’d dan masih banyak lagi.

Setelah kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. Namun, berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan -satu hal yang selalu dihadapi oleh para ulama, sebelum maupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi tenar karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan ketenarannya itu sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang tidak senang kepadanya akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama orang-orang dari kalangan Alawiyah.

Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafi’i hidup pada masa-masa awal pemerintahan Bani ‘Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah dari Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-orang dari kalangan ‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang ‘Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam Syafi’i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya, beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan yang sangat sulit.

Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu’, padahal sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu’ model orang-orang syi’ah. Bahkan Imam Syafi’i menolak keras sikap tasysyu’ model mereka itu yang meyakini ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta ‘Utsman , dan hanya meyakini keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab mereka.

Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan, membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad dalam keadaan dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang-orang ‘Alawiyah. Beliau bersama orang-orang ‘Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit. Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi’i berusaha memberikan penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih Irak-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan ‘Alawiyah dan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad.

Di Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti dan mendalami madzhab Ahlu Ra’yu. Untuk itu beliau berguru dengan mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma ‘il bin ‘Ulayyah dan Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak itu, beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia mengajar di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah haji berdatangan ke Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal.

Ketika kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim surat kepada Imam Syafi’i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi khabar-khabar yang maqbul, penjelasan tentang nasikh dan mansukh dari ayat-ayat Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun menulis kitabnya yang terkenal, Ar-Risalah.

Setelah lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke Irak untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash-habul Hadits di sana. Beliau mendapat sambutan meriah di Baghdad karena para ulama besar di sana telah menyebut-nyebut namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash-habul Hadits merasa mendapat angin segar karena sebelumnya mereka merasa didominasi oleh Ahlu Ra’yi. Sampai-sampai dikatakan bahwa ketika beliau datang ke Baghdad, di Masjid Jami ‘ al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah Ahlu Ra ‘yu. Tetapi ketika hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3 halaqah saja.

Beliau menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke Mekkah. Di sana beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di Mekkah.

Tahun 198, beliau berangkat lagi ke Irak. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana karena telah terjadi perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama ahli kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahasan tentang ilmu kalam. Sementara Imam Syafi’i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam. Beliau tahu bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh -yang selama ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena orang-orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi setiap masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka tahu bahwa akal juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Beliau tahu betul kebencian meraka kepada ulama ahlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab mereka.

Dan begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal sebagai Yaumul Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan memaksa mereka menerima paham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang masuk penjara, bila tidak dibunuh. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi’i kemudian memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis sejumlah kitab, termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah, sampai akhirnya beliau menemui akhir kehidupannya di sana.

Keteguhannya Membela Sunnah

Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, “Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat yang lain.” Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits.

Terdapat banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, “Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka.” Imam Ahmad berkata, “Bagi Syafi’i jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih.” Imam Syafi ‘i berkata, “Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya.” Al-Mazani berkata, “Merupakan madzhab Imam Syafi’i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam.” Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.

Wafatnya

Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau wafat karenanya. Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas.

Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi’i, sesudah wafatnya. Dia berkata kepada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus.”

Karangan-Karangannya

Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.

Sumber:

1. Al-Umm, bagian muqoddimah hal. 3-33
2. Siyar A’lam an-Nubala’
3. Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi’, terjemah kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi ‘i fi Itsbat al-’Aqidah karya DR. Muhammad AW al-Aql terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi ‘i, Cirebon

***

Sumber: Majalah Fatawa
Penyusun: Ustadz Arif Syarifuddin
Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id

Pencegahan Obesitas Berbasis Masyarakat

Oleh : Imil Irsal Imran

Belum selesai kasus gizi kurang, beberapa tahun terakhir terjadi peningkaan yang cukup tinggi untuk kasus gizi lebih yang sering disebut obesitas. Obesitas mulai sering dijumpai mulai dari anak-anak sampai ke dawasa. Obesitas bukanlah kasus yang terjadi dalam hitungan jam atau hitungan hari. Obesitas terjadi akibat pola hidup yang kurang mengeluarkan kalori tetapi pemasukan kalorinya berlebih. Obesitas terjadi akibat akumulasi kelebihan kalori dalam waktu yang cukup lama.

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan obesitas. Di antara faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor sosial. Obesitas bisa terjadi akibat salah satu faktor saja.

Faktor genetik adalah satu-satunya faktor yang tidak bisa diubah. Namun obesitas pada orang yang memiliki faktor genetik masih dapat dikendalikan. Faktor genetik bisa muncul jika kedua orang tua obesitas, atau bisa juga jika salah satu orang tua obesitas. Jika kedua orang tua obesitas, maka 80 % anaknya berpeluang obesitas. Jika salah satu orang tua obesitas anak memiliki peluang obesitas sebesar 40 %. Orang yang tidak memiliki orang tua yang tidak obesitas masih memiliki peluang terkena obesitas 14 %.

Faktor lingkungan adalah faktor terbesar yang menyebabkan obesitas. Lingkungan yang menyediakan makanan cepat saji, makanan tinggi kalori, tinggi lemak, kurang serat dan lingkungan yang memiliki sedikit sarana olah raga akan memiliki penderita obesitas yang banyak. Kemajuan teknologi seperti adanya komputer, playstsation, dan game-game lain menjadikan anak-anak sekarang lebih cenderung bermain game dari pada melakukan permainan yang mengeluarkan kalori. Akibatnya angka obesitas pada anak-anak pun meningkat. Itu sebabnya penderita obesitas lebih banyak di daerah perkotan dari pada pedesaan. Namun faktor lingkungan adalah faktor yang bisa diubah.

Pada umumnya penderita obesitas berasal dari masyarakat yang sosial ekonomi menengah ke atas. Namun pada saat ini obesitas juga telah banyak menjangkiti masyarakat sosial ekonomi menengah ke bawah. Ini mungkin disebabkan life style ala barat yang semakin mudah ditiru oleh semua kalangan masyarakat. Selain itu budaya mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi lemak adalah salah satu alasan mengapa obesitas masih tinggi.
Banyak penyakit yang bisa disebabkan oleh obesitas seperti jantung koroner, diabetes melitus tipe 2, atherosclerosis, hemorrhoid, dan lain-lain. Dan pada umumnya penyakit-penyakit tersebut tergolong penyakit berbahaya bahkan mematikan. Sehingga wajar jika angka kematian akibat penyakit degeneratif akhir-akhir ini meningkat seiring dengan meningkatnya angka obesitas.

Dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal, orang yang obesitas memiliki gerak yang lebih amban. Akibatnya dalam banyak kegiatan, mereka melakukan tidak sebaik orang yang berat badan normal. Maka sering orang obesitas malas berolahraga bersama orang yang berat badan normal.

Pada anak-anak orang yang obesitas sering menjadi bahan olok-olokan oleh teman-temannya. Hal ini tidak baik bagi perkembangan mentalnya. Anak yang sering menjadi bahan olok-olokan bisa menjadi rendah diri dan tidak mampu mengembangkan bakat dan keahlian mereka. Bahkan bisa berakibat lebih parah yaitu anak menjadi depresi dan tidak memiliki kemauan untuk berusaha.

Untuk mencegah obesitas tidaklah susah. Yang paling penting adalah kemauan dan kedisiplinan dalam menjalani pola hidup sehat. Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan beraktivitas mengikuti irama sirkadian. Membiasakan diri bangun pagi, berolah raga dan makan tepat waktu dan secukupnya dapat mencegah obesitas. Menghindari kebiasaan jelek seperti merokok, begadang, dan mengurangi konsumsi makanan cepat saji penting untuk menghindari akibat buruk dari obesitas.

Pencegahan obesitas adalah salah satu cara untuk mencegah penyakit degeneratif. Pencegahannya dapat dilakukan oleh semua orang baik itu pemerintah, pengusaha, sekolah maupun masyarakat umum.

Program edukasi tentang pola hidup sehat merupakan hal penting yang harus dilakukan pemerintah. Edukasi ini penting untuk menciptakan masyarakat yang memiliki kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat. Dengan pola hidup sehat akan membentuk kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi makanan seimbang, rajin berolah raga, dan menghindari kebiasaan jelek seperti merokok. Kemudian pemerintah perlu melakukan monitor dan folow up program edukasi terhadap masyarakat ini.

Program Gerakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) perlu didukung agar dapat pelaksanaanya sukses. Sebab keluarga merupakan madrasah yang utama bagi anak. Selain itu keluarga merupakan tempat pembentukan kebiasaan dan pola hidup. Dengan menciptakan keluarga yang sadar tentang gizi seimbang, maka kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang akan dimiliki oleh anggota keluarga tersebut.

Di dalam keluarga yang paling penting adalah peran orang tua. Orang tua harus bisa mengarahkan anaknya ke pola hidup sehat. Biasakan anak-anak untuk berolah raga. Perhatikan jajan anak-anak. Arahkan anak-anak ke jajanan yang sehat. Bangun pemahaman dan kesadaran pentingnya pola hidup sehat pada anak-anak sejak dini. Ajaklah anak-anak agar biasa melakukan aktivitas yang berguna dan kurangi jam bermain game anak-anak. Yang paling penting, orang tua harus menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya. Hindari kebiasaan jelek seperti merokok agar anak-anak tidak menirunya. Sebab sering obesitas dalam satu keluarga tidak disebabkan oleh faktor genetik semata, tetapi sering akibat dalam satu keluarga memiliki suatu kebiasaan dan pola hidup yang sama.

Bagi perusahaan yang berkecimpung di di bidang makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak perlu memperhatikan produk mereka. Dibutuhkan ide-ide genius untuk memodifikasi makanan-makanan tersebut menjadi makanan yang rendah lemak dan redah kalori, atau dengan menyediakan buah-buahan di tempat penjualan. Sehingga konsumen juga mengkonsumsi makanan berserat di restoran cepat saji.

Sekolah tidak bisa dilupakan dalam usaha pencegahan obesitas. Sekolah menjadi sarana edukasi yang paling baik bagi anak-anak dan remaja. Di sekolah kita dapat mencetak generasi yang sadar akan pentingnya pola hidup sehat dan gizi seimbang. Selain itu sekolah juga perlu mengawasi jajanan yang ada di lingkungannya. Usahakan jajanan yang ada di sekolah adalah jajanan yang sehat dan baik untuk kesehatan.

Bagi orang yang saat ini sedang mengalami obesitas perlu upaya penurunan berat badannya. Sebab jika dibiarkan akan memberikan akibat buruk bagi tubuh. Menurunkan berat badan sampai mencapai berat badan ideal dapat mencegah orang obesitas menderita penyakit degeneratif. Penurunan berat badan dapat dilakukan dengan olah raga teratur, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan cukup serat, serta menghindari kebiasaan jelek. Biasakan menimbang berat badan dan mengevaluasi diet yang kita lakukan selama ini. Penimbangan berat badan berkala dapat menunjukkan sejauh mana keberhasilan kita dalam usaha menurunkan berat badan. Evaluasi diet dapat dilakukan dengan menghitung indeks massa tubuh yaitu dengan cara berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) dikuadratkan. Jika hasilnya antara 18 sampai 24 berarti berat badan sudah ideal, dan harus dipertahankan.

Dalam upaya penurunan berat badan, selain diet juga dibutuhkan dukungan dan motivasi dari orang-orang sekitarnya terutama orang dekat. Sering diet berhenti di tengah jalan oleh bermacam-macam sebab. Kebanyakan penyebabnya bosan atau tidak sanggup meninggalkan kebiasaan lama. Sehingga dibutuhkan orang yang memperingatkan jika sewaktu-waktu diet yang dilakukan berhenti sebelum berat badan ideal tercapai. Orang dekat juga berperan dalam usaha menjauhi kebiasaan jelek dan membantu menyediakan makanan dan sarana yang dibutuhkan orang diet.

Konsultasi dengan ahli gizi harus dilakukan oleh orang diet. Sebab diet tidak hanya mengurangi berat badan atau mengkonsumsi makanan rendah kalori saja, tetapi gizi yang dibutuhkan baik gizi makro maupun mikro tetap harus tercukupi.

Dengan dilakukannya panatalaksanaan, terutama pencegahan obesitas oleh seluruh lapisan masyarakat maka jumlah orang obesitas dapat ditekan dan kehidupan yang lebih baik akan dapat kita nikmati bersama. Dengan demikian penyakit degeneratif akan menjadi barang langka.

Rabu, 27 Januari 2010

RESIKO DIABETES PADA PENDERITA INSOMNIA

Author :
Imil Irsal Imran


Setiap orang mungkin pernah mengalami gangguan tidur. Adakalanya seseorang kesulitan untuk mulai tidur atau mempertahankan tidurnya. Atau seseorang terlalu cepat bangun (www.nhlbi.nih.gov). Akibatnya tubuh tidak punya cukup waktu untuk istirahat. Kondisi ini disebut dengan insomnia.

Akibat dari insomnia adalah kurangnya jam tidur. Akibatnya tubuh akan mengalami stress fisik. Jika dikombinasikan dengan pola hidup tidak sehat dapat berisiko penyakit degenerative. Salah satu penyakit degenerative yang ditakutkan adalah diabetes mellitus tipe 2. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa gangguan metabolik dan hormonal dapat dihubungkan dengan kuantitas dan kualitas tidur kurang yang diakumulasikan dalam beberapa hari berurutan. Kesempatan untuk pemulihan kembali kuantitas tidur yang kurang tersebut adalah komponen penting bagi status kesehatan orang dewasa (Cauter 1997).

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang bersifat kronik dan tidak dapat disembuhkan. Penderita diabetes mellitus tipe 2 harus berobat sampai kadar glukosa darahnya normal. Setelah normal penderita harus mampu mengontrol gula darah seumur hidup. Oleh sebab itu perlu menghindari insomnia agar terhindar dari diabetes mellitus tipe 2.

Insomnia adalah kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur atau kedua-duanya. Sehingga menyebabkan ketidakcukupan tidur baik disegi kualitas maupun kuantitas. Namun insomnia tidak dapat diartikan tidur dalam waktu yang spesifik. Insomnia adalah gangguan tidur.

Insomnia adalah sebuah gejala, bukan penyakit. Sekitar 30% sampai 50% dari populasi umum pernah mengalami insomnia. 10% di antaranya mengalami insomnia kronik. Dari segi jenis kelamin, wanita lebih sering terkena insomnia dari pada laki-laki. Insiden insomnia meningkat pada orang dengan usia lanjut. Insomnia dapat dipicu oleh konsumsi alkohol dalam waktu yang lama, gangguan kesehatan mental atau stress (www.nhlbi.nih.gov). Faktor-faktor penyebab insomnia antar lain tingkat adaptasi terhadap stres atas tuntutan ritme aktivitas harian, irama atau rutinitas harian, keadaan cuaca atau suhu di saat tidur, merasa sakit, dan mimpi buruk.

Berdasarkan durasinya insomnia dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu transient insomnia, short-term insomnia, dan insomnia chronic. Transient insomnia adalah insomnia yang durasi gejalanya kurang dari satu minggu. Short-term insomnia adalah insomnia yang durasi gejalanya antara satu sampai tiga minggu. Sedangkan insomnia chronic durasi gejalanya diderita lebih dari tiga minggu. Stres sering memicu insomnia akut atau short-term insomnia.

Secara umum insomnia dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah insomnia sekunder atau komorbiditas. Insomnia sekunder adalah insomnia yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti obat-obatan, gangguan tidur, dan zat-zat yang dapat menyebabkan insomnia sekunder. Delapan dari sepuluh penderita insomnia adalah insomnia sekunder. Yang kedua adalah insomnia primer. Insomnia sekunder tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Insomnia primer bukan disebabkan oleh masalah medis, obat-obatan, atau bahan lain. Ini adalah kelainan sendiri. Sejumlah perubahan hidup dapat memicu insomnia primer, termasuk tahan lama stres dan gangguan emosional (www.nhlbi.nih.gov).

Akibat insomnia adalah kurang tidur. Hal ini menyebabkan seseorang merasa megantuk yang berlebihan pada siang hari dan kurang energi. Ini dapat menyebabkan orang tersebut cemas, depresi, dan mudah tersinggung. Selain itu juga bisa menyebabkan gangguan kosentrasi sehingga orang insomnia rentan terkena kecelakaan.

Tidur memiliki pengaruh yang berkesinambungan terhadap fungsi endokrin. Untuk beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan (Growth Hormon), 50- 75% dari sekresi total harian tergantung pada tidur dan berkurang karena penurunan durasi tidur. Terdapat suatu bukti yang kuat yang mengindikasikan bahwa gangguan tidur berhubungan dengan berkurangnya tingkat sekresi Hormon Insulin Like Growth Factor (IGF-1), hal ini dapat diasumsikan karena penurunan sekresi growth hormon. Keterbatasan nilai IGF-1 ini berhubungan dengan gambaran darah saat itu ( Buysse et al 1998).

Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa gangguan metabolik dan hormonal dapat dihubungkan dengan kuantitas dan kualitas tidur kurang yang diakumulasikan dalam beberapa hari berurutan. Kesempatan untuk pemulihan kembali kuantitas tidur yang kurang tersebut adalah komponen penting bagi status kesehatan orang dewasa (Cauter 1997).

Kurangnya tidur memiliki efek yang signifikan terhadap sistem endokrin, yang bertanggungjawab untuk pelepasan dan penghambatan beberapa substansi termasuk insulin (Arand 2008). Insulin merupakan satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah (Sherwood 2001). Insulin berpengaruh langsung dalam hiperglikemia dalam meningkatkan ambilan glukosa baik ke hati maupun ke jaringan (Meyes 2003). Hasil riset terbaru dari University of Chicago membuktikan bahwa orang yang tiga hari kurang tidur, kemampun tubuhnya dalam memproses glukosa akan menurun sehingga beresiko untuk mengidap diabetes (Cauter 1997).

Kurang tidur mengganggu kerja kelenjar adrenal memproduksi DHEA (dehidro-epiandrosteron), senyawa yang membantu merangsang tidur nyenyak. Akibatnya, tubuh menjadi lebih banyak menghasilkan kortisol, suatu steroid pemicu stres. Kortisol adalah hormon yang dihasilkan dikorteks adrenal dan di bawah pengaruh aksis hipotalamus-pituitari-adrenal. Berperan dalam metabolisme, sistem imun dan tekanan darah. Hormon ini sangat penting dalm keaadan stress. Hormon kortisol berperan penting dalam metabolisme glukosa, protein dan lemak. Hormon ini dapat merangsang glukoneogenesis dan menghambat penyerapan dan penggunaan glukosa di banyak jaringan. Selain itu hormone kortisol juga merangsang penguraian protein dan lipolisis (Sherwood 2001 Kondisi ini mengacaukan respon tubuh terhadap hormon insulin, yang bertugas distribusi gula darah ke seluruh tubuh, baik untuk disimpan maupun digunakan kembali. Dalam jangka panjang, kekacauan respon insulin ini merangsang munculnya gangguan berupa gejala diabetes tipe 2 yang tidak bergantung pada insulin.

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2006). Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 adalah satu dari dua golongan utama diabetes mellitus yang tidak membutuhkan insulin eksogen, hanya kontrol dengan atau tanpa obat hipoglikemik oral, onsetnya biasanya antara usia 50 sampai 60 tahun (Dorlan 2006).

Kasus diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun sendiri mengalami peningkatan. Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 8,2 juta jiwa penyandang diabetes. WHO memperkirakan pada tahun 2025 akan terdapat 12,4 juta jiwa penderita diabetes atau naik dua kali lipat dari tahun 1995. Pada tahun 2025 Indonesia diperkirakan berada diperingkat 5 dunia penyandang diabetes terbanyak (Suyono 2007).

Di Amerika serikat diduga terdapat 16 juta kasus diabetes melitus dan 60.000 kasus baru tiap tahunnya. 75% di antaranya meninggal karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren adalah komplikasi utamanya (Schteingart 2005). Secara epidemiologi, diabetes sering tidak terdeteksi karena onsetnya atau mulai terjadinya adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan (Gustaviani 2007)

Etiologi diabetes mellitus tipe 2 bervariasi, mulai dari dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai dominan defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin (Konsensus Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, 2006). Hal ini bisa terjadi akibat perubahan pola makan dari yang mengandung banyak karbohidrat dan serat ke makanan yang mengandumg terlalu banyak protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Perubahan pola hidup dengan bekerja sampai sore bahkan malam hari menghilangkan kesempatan untuk berekreasi atau berolah raga (Suyono 2007).

Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 ada yang dapat dimodifikasi ada yang tidak dapat dimodifikasi. Yang tidak dapat dimodifikasi antara lain bertambahnya usia dan genetik. Sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi adalah obesitas yang lebih banyak dan lebih lama, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani, dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini akan berinteraksi dengan factor genetik yang berhubungan dengan terjadinya diabetes mellitus tipe2 (Gustaviani 2007).

Insulin merupakan satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah (Sherwood 2001). Insulin mempunyai peran sentral dalam mengatur kadar glukosa darah. Insulin berpengaruh langsung dalam hiperglikemia dengan meningkatkan ambilan glukosa ke hati dan jaringan. Hormon ini dihasilkan oleh sel β pada pulau-pulau Langerhans pankreas sebagai reaksi langsung terhadap hiperglikemia (Mayes 2003).

Insulin mempunyai efek segera yang meningkatkan ambilan glukosa di jaringan seperti jaringan adiposa dan otot. Kerja ini disebabkan oleh peningkatan transport glukosa (GLUT 40 dari bagian dalam sel ke membrane plasma. Sebaliknya, insulin tidak memiliki efek langsung terhadap penetrasi glukosa pada sel-sel hati; hasil penemuan ini sesuai dengan kenyataan bahwa metabolisme glukosa oleh sel-sel hati tidak dibatasi kecepatannya oleh permeabilitasnya terhadap glukosa. Meskipun demikian, secara tidak langsung insulin akan meningkatkan ambilan jangka panjang glukosa oleh hati sebagai hasil kerjanya pada sintesis enzim yang mengontrol glikolisis, glikogenesis, dan glikoneogenesis. Insulin memiliki efek segera dalam mengaktifkan enzim glikogen sintetase (Meyes 2003).

Diabetes mellitus tipe 2 terjadi disertai defisiensi insulin relatif sampai dominan, dan defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin (Konsensus Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, 2006). Jadi pasien tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Akibatnya akan terjadi hiperglikemi (Schteingart 2005).

Jika hiperglikeminya berat dan melebihi ambang ginjal maka akan terjadi glikouria. Glikouria akan menyebabkan dieresis osmotic sehingga meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan peningkatan rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin maka pasien akan mengalami keseimbangan kalori negative dan berat badan berkurang. Akibatnya pasien akan merasakan rasa lapar yang semakin besar(polifagia). Selain itu pasien akan mengeluh lelah dan mengantuk (Schteingart 2005).

Menurut Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006, ada 3 kriteria diagnosis diabetes mellitus. Pertama adalah gejala klasik dengan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL(11,1 mmol/L), kedua gejala klasik dengan kadar glukosa plasma puasa >126 mg/dL (7,0 mmol/L), dan ketiga kadar glukosa pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).

Dengan mencegah insomnia dapat mencegah serangan diabetes mellitus tipe 2. Menghindari konsumsi alkohol dan managemen stress yang baik dapat mencegah insomnia. Kurangi tidur siang, tidak minum kopi pada malam hari serta olah raga secara teratur dapat menjaga diri agar tidak terserang insomnia.

Apabila terkena insomnia sekunder, penatalaksanaannya cukup dengan cara menghindari penyebab. Untuk insomnia akut dapat dihilangkan dengan cara pola hidup sehat termasuk kebiasaan tidur. Sedangkan untuk insomnia kronik, penderita harus datang ke dokter untuk konseling kognitif-perilaku atau terapi obat-obatan.
Agar terhindar dari diabetes mellitus tipe 2, penderita insomnia perlu melakukan pencegahan primer. Pencegahan primer meliputi penurunan berat badan, diet sehat, latihan jasmani, dan menghentikan rokok.

Penurunan berat badan adalah cara utama dalam mencegah diabetes mellitus tipe 2 atau intoleransi glukosa. Penelitian menunjukkan penurunan berat badan sebesar 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya diabetes mellitus tipe 2. Diet sehat dianjurkan kepada setiap orang yang memiliki resiko diabetes mellitus tipe 2. Asupan kalori harus ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Karbohidrat kompleks hendaknya dipilih untuk mencegah timbulnya puncak glukosa darah tinggi setelah makan di makanan yang mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut.

Latihan jasmani teratur berguna untuk memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta meningkatkan kadar kolesterol HDL. Latihan jasmani dianjurkan 150 menit perminggu untuk aerobic sedang (mencapai 50-70% denyut jantung maksimal), atau 90 menit perminggu dengan latihan jasmani berat (mencapai denyut jantung >70 % maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali dalam seminggu.

Merokok tidak mempunyai hubungan langsung dengan intoleransi glukosa. Tetapi dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan diabetes mellitus tipe 2 karena merokok adalah salah satu resiko timbulnya gangguan kardiovaskular (Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006)


Daftar Pustaka

Arand. 2008. Kualitas tidur pengaruhi risiko diabetes. Diakses dari:
http://stikesayaniyk.ac.id/web/beritas/view/8
Diakses tanggal 14 Januari 2010

Buysse, D.J, C.F Reynold III, T.H Monk, S.R Berman, & D.J Kupfer.1998..Pittsburg Sleep Quality Indeks (PSQI). Diakses dari: http://findarticles.com/p/articles/mi_mOFSS/is_4_12/ai_n 18616017.
Diakses pada bulan November 2008

Carney, Colleen, Jack Endiger , Bjorn Meyer ,Linda Lindmna,Tai Ister, 2006.Research “Daily activies and Sleep Quality in college Student”. Amerika Serikat: Bradley University. Diakses dari: http://www.ncbi.njm.nih.gov/sites/entrez?cmd.link&db=Pubmed&From_uid=12937259.
Diakses pada bulan November 2008

Cauter, Eve Van.1997.Sleep Quality and Endocrine Markers of Sleep Quality. Diakses dari: http://www.macses.ucsf.edu/Research/Allostatic/notebook/sleep.htm.
Diakses pada bulan November 2008

Dorlan, W.A Newman.2006.Kamus Kedokteran.Editor Bahasa Indonesia: dr,Andy Setiawan,dkk.:EGC.

Guyton, Arthur C, John E Hall.2007. Aktivitas Otak-Tidur. Dalam Buku Ajar Fisiologi kedokteran-ed.9 . Editor alih Bahasa Indonesia: Dewi Asih Maharani.Jakarta:EGC. Hal 945-948.

Insomnia. Diakses dari : http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/inso/inso_whatis.html
Dakses pada : 26 Januari 2010

Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006

Margareth.2009. Kurang Tidur Berisiko Diabetes.Diakses dari : www.i-comers.com
Diakses pada 26 Januari 2010

Murray, Robert K.,Daryl K. Granner,Peter A. Mayes,Victor W. Rodwell.2003.Biokimia Harper.Editor Bahasa Indonesia:dr.Anna P. Bani,dr. Tiara M.N. Sikumbang:EGC.

Naibili, Saimak T. 2008. Insomnia. Diakses dari : http://www.emedicinehealth.com/insomnia/article_em.htm
Diakses pada : 26 Januari 2010

Ott, Elizabeth, June J. Pilcher. 1998. Research: The Relationship between Sleep Measure of Health and Well-Being in College Student.1998. Diakses dari: http://www.ncbi.njm.nih.gov/sites/entrez?cmd.link&db=Pubmed&From_uid=167539468cmd=Retrieve&indexed=google.

Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson. Gangguan Sistem Endokrin dan Metabolik. Dalam buku Patofisiologi Jilid 2-ed 6. Editor alih Bahasa Indonesia: dr. Huriawati Hartanto, dr. Natalia Susi, dr. Pita Wulansari, dr. Dewi Asih Mahanani.Jakarta: EGC. Hal 1260-1264

Sherwood, Lauralee.2001.Fisiologi Manusia.Editor Bahasa Indonesia: dr.Brahm U. Pendit,Sp.KK:EGC

Sudoyo, Aru W., Bambang Setiohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati.2007. Metabolik Endokrin. Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Jakarta: EGC. Hal 1852-1857

RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PEKERJA LARUT DAN SHIFT MALAM

Author :
Imil Irsal Imran ; Mirnawati

ABSTRACT

Sleep is important for humans. The design that human sleep adjusted with body’s daily rhythm was generated within the neurons of the suprachiasmatic nucleus (SCN) of the hypothalamus. Output signals through efferent neurons from the SCN modulate daily rhythms in sleep and alertness, core body temperature and secretion of certain hormones. Changes in daily rhythm can occur in late and night shift workers.

Occupation sometime demands people to work until late at night or even at all night long during the night shift works. Sleep at wrong times cause problems of gastrointestinal, immunity, reproduction system, risk to cardiovascular disease, and metabolism disorders. In a long time, psychological effect of night shift can impact to hormone secretion disorders.

Increase of body mass index (BMI) on night shift workers could decrease insulin sensitivity and changed glucose metabolism. Increase of cortisol could increase production of new glucone or gluconeogenesis. Decrease of leptin could increase appetite that develop be obesity. Increase glucose production rate and obesity were risk factors to type 2 diabetes mellitus.

Diabetes mellitus is group of metabolic disease that can’t be cured clearly. Therefore, preventions are needed for late and night shift workers. Preventions can be done with resetting biology time, changing work schedule, and conducting primary prevention measures against diabetes mellitus.

Keyword: sleep, daily rhythm change, late and night shift workers, hormone secretion disorders, diabetes mellitus, prevention