Oleh : Imil Irsal Imran
Pada umumnya orang mengenal lalat sebagai binatang yang kotor. Lalat rumah (Musca domestica) merupakan serangga yang menyukai kondisi lingkungan yang kotor dan berbau. Ini disebabkan karena pada lingkungan kotor dan berbau adalah tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan lalat. Dengan demikian, spesies ini dapat dikategorikan sebagai vektor atau pembawa penyakit yang berbahaya bagi manusia. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah penyakit kolera, diare, disentri, typus, dan TBC1. Bahkan baru-baru ini telah lansir hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. drh. R. Wasito Msc, PhD dan istrinya Prof. drh. Hastari Wuryastuti Msc. PhD dari Fakultas kedokteran Hewan, Universitas Gajah Mada yang menyatakan, bahwa lalat dapat menyebarkan virus "flu burung" (H5NI)2. Dalam hal ini, semua bagian tubuh lalat dapat berperan sebagai alat penular penyakit, yaitu badan, bulu, tangan, kaki, dan sayap1.
Musca domestica mempunyai alat yang digunakan untuk menjilat cairan yaitu proboscir yang merupakan modifikasi dari labium. Bagian dalam ujung proboscir yang melebar terdapat saluran - saluran halus yang disebut pseudotrakhea. Pseudotrkea bermuara pada saluran makanan pokok yang langsung berhubungan dengan pencernaan makanan. Alat tersebut sesuai untuk memakan makanan cair dan padat yang dapat larut. Cairan yang berasal dari saluran untuk melarutkan makanan padat dikeluarkan melalui proboscir tersebut. Lalat akan menghisap cairan apa saja yang mengandung material makanan organik. Hal inilah yang memungkinkan lalat dapat menyebarkan kuman - kuman penyakit. Sebelum hinggap pada makanan, lalat tersebut sebelumnya telah makan cairan - cairan yang berasal dari pembusukan zat - zat organik atau excrete manusia. Kemungkinan cairan itu telah terkontaminasi dengan organisme patogen (Radiopoetra, 1996)1.
Dalam ilmu biologi lalat yang disebut juga Musca domestica adalah hewan jenis serangga yang lalat digolongkan pada subordo Cyclorrapha, ordo Diptera. Dalam bahasa Arab, lalat disebut "addzubab". Lalat adalah hewan yang lincah. Selain bisa terbang dengan cepat, lalat juga mempunyai kepekaan yang sangat tinggi terhadap gerakan. Lalat mempunyai mata majemuk yang terdiri dari 3000 lensa sehingga dia mampu melihat ke segala arah dan mampu mentransfer gerakan ke syaraf penglihatan dengan cepat, sehingga lalat sulit dipukul2.
Dalam islam sendiri terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang lalat. Dalam hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
“Apabila ada seekor lalat jatuh di bejana seorang diantara kalian, tenggelamkanlah. Karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lainnya terdapat obatnya.”(HR. Bukhari)3.
Kemudian dijelaskan juga dalam hadits lain yang berbunyi :
“Salah satu sayap lalat itu adalah racun, sementara yang lainnya adalah obat. Maka, apabila seekor lalat jatuh dalam makanan, tenggelamkanlah. Karena ia mendahulukan racunnya dan mengakhiri obatnya.”(HR.An-Nasa’i, Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi)3.
Hadits ini tidak diragukan lagi kesahihannya. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany menjelaskan dalam bukunya: "Al-Silsilah Al-Shohihah", bahwa hadits ini shahih. Hadits ini datang dari 3 orang sahabat nabi yang terkemuka, yaitu: Abu Hurairah, Abu Said Al-Khudzri, dan Anas.Dari Abu Hurairah yang haditsnya telah ditakhrij oleh Imam Bukhori, Imam Ahmad, Imam Ad-Darimi dan Ibnu Majah masing-masing dengan sanad yang shahih.. Abu Said Al Khudzri haditsnya telah ditakhrij oleh: Ibnu Hibban dalam kitab "At Tsiqot", Abu Ya'la dalam kitab "Musnad"-nya, At Toyalisy dalam kitab "Musnad". Menurut Syaikh Al Albany, hadits-hadits ini shahih, rijal-nya (perawinya) tsiqot (kredibel) dan masuk dalam katagori rijal-nya Syaikhoini (Bukhori dan Muslim). Dan dari Anas haditsnya di-takhrij oleh Al Bazzar dengan rijalnya yang shahih, di-takhrij pula oleh At Tobaroni dalam "Al Ausath" dan "Majma'uz zawaid" dan di-takhrij pula oleh Ibnu Abi khoitsamah dalam "Tarikhul Kabir". Menurut Syaikh Al Albani kesemuanya diriwayatkan oleh para perawi yang shahih2.
Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap lalat yang hinggap ke dalam makanan atau minuman akan mendahulukan sayap yang membawa racun (penyakit), kemudian baru penawarnya (obat). Oleh karena itu ketika makanan atau minuman telah dihinggapi lalat, maka makanan atau minuman tersebut dapat dikonsumsi, dengan syarat tubuh lalat hingga sayapnya dibenamkan terlebih dahulu1.
Banyak orang yang tidak sepndapat dengan hadits tersebut, bahkan ada dari kaum muslimin. Namun ini adalah salah satu mukjizat Rasulullah yang ma’shum. Rasulullah tidak berkata dengan sekehendak hati tetapi diwahyukan oleh Allah. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran pada Surat An Najm ayat 3 yang artinya : “Dan tidaklah ia (Nabi Muhammad saw) berbicara menurut hawa nafsu, melainkan (dari) wahyu yang telah diwahyukan kepadanya”4.
Dan sesungguhnya semua akan terjawab seiiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang membuktikan kebenaran hadits ini. Sebab Allah hanya member kita ilmu pengetahuan yang sedikit dan Allah Maha Mengetahui terhadap sesuatu. Sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran:
Artinya: "Dan tidaklah apa yang diberikan kepadamu dari pengetahuan kecuali sedikit." (QS. Al Isra':85)4.
Artinya: "Dan sungguh kamu akan mengetahui (kebenaran) ceritanya setelah (melewati)masa."(QS.As-Shood:88)4.
Seiring berjalannya waktu penelitian tentang lalat telah banyak dilakukan. Telah ditemukan sebuah penemuan baru dalam bidang kedokteran di dalam hadits ini dan majalah at-Tauhid di Mesir edisi 5 tahun 1397 H/1977M telah mempublikasikan hasil penelitian Prof. Dr. Amin Ridha (dosen bedah tulang di universitas Iskandariyah), yang menjelaskan bahwa dalam satu waktu yang bersamaan lalat membawa kuman-kuman yang menyebabkan penyakit, dan juga membawa bakteri “Faaj” yang melawan kuman-kuman tersebut. Bakteri “Faaj” adalah bakteri pemangsa atau penerkam kuman-kuman5. Selain itu Prof. Dr. Amin Rodha juga menjelaskan bahwa dunia kedokteran pernah menggunakan lalat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit borok menahun dan paru (frambosia tropica). Ini terjadi pada tahun 1930-an sebelum ditemukan struktur kimia sulfa2.
Dalam penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh team Departemen Mikrobiologi Medis Fakultas Sains, Universitas Qoshim, Arab Saudi menunjukkan bahwa di dalam lalat terdapat Actinomycetes yang dapat 4 berpotensi sebagai antibiotik terhadap bekteri yang juga terdapat pada lalat tersebut1.
Pada penelitian ini menggunakan dua sampel. Sampel pertama lalat dicelupkan seluruh tubuhnya dan sampel kedua lalat hanya dicelupkan sebagian saja. Hasilnya pada sampel pertama terdapat pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang dihambat oleh bakteri lainnya yaitu Actinomyces. Pada sampel kedua bakteri Escherichia coli dapat tumbuh bebas tanpa penghambat2.
Selain itu sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Colorado di Amerika menunjukkan bahwa lalat tidak hanya berperan sebagai karier patogen (penyebab penyakit) saja, tetapi juga membawa mikrobiota yang dapat bermanfaat.
Mikrobiota di dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka, sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat dicelupkan ke dalam cairan, maka sel-sel tadi akan ke luar dari tubulus ke cairan tersebut. Mikrobiota ini adalah suatu bakteriofag yang tak lain adalah virus yang menyerang virus lain serta bakteri. Virus ini dapat dibiakkan untuk menyerang organisme lain. Bakteriofag sendiri saat ini sedang dikembangkan sebagai terapi (pengobatan) bakteri terbaru6.
Mikrobiota di dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka, sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat dicelupkan ke dalam cairan, maka sel-sel tadi akan ke luar dari tubulus ke cairan tersebut. Mikrobiota ini adalah suatu bakteriofag yang tak lain adalah virus yang menyerang virus lain serta bakteri. Virus ini dapat dibiakkan untuk menyerang organisme lain. Bakteriofag sendiri saat ini sedang dikembangkan sebagai terapi (pengobatan) bakteri terbaru6.
Penelitian lainnya dilakukan oleh perusahaan farmasi Glaxo Smith-Kline yang tengah mensponsori penelitian Dr. Joanna Clarke dari Universitas Maquarie. Pada mulanya penelitian menunjukkan bahwa pada satu sayap pada bakterinya, sedangkan sayap yang lain ada proteinnya. Kemudian Clarke dalam penelitian selanjutnya berusaha membuktikan bahwa lalat mempunyai kemampuan untuk menghasilkan antibiotik6.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan para ahli tentang lalat dapat disimpulka bahwa pada lalat tidak hanya terdapat mikroorganisme pathogen, tetapi juga terdapat mikroorganisme yang mampu menghambat dan memgfagosit mikroorganisme yang meyebabkan penyakit tersebut. Dan hadits Rasulullah yang telah disampaikan empat belas abad yang lalu telah mampu dibuktikan oleh ilmu kedokteran sekarang ini. Hal ini membuktikan betapa Allah Maha yang telah memberikan kita sedikit ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
1. Avivah, Nur.2008. Isolasi Actinomyces dari Lalat Rumah (Musca domestica) yang Berpotensi Sebagai Antibiotik terhadap Escherichia coli.Skripsi:Universitas Muhammadiyah Surakarta.Di akses dari : http://etd.eprints.ums.ac.id/1200/1/A420040111.pdf
Diakses tanggal 26 September 2010
Diakses tanggal 26 September 2010
3. Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim.2004.Metode Pengobatan Nabi/Ibnu Qayyim Al-Jauziyah; penerjemah, Abu Umar Basyir Al-Maidani; murajaah, Andi Arifin.—Cet.1.—Jakarta: Griya Ilmu
4. Al-Quranul Karim
5. Yusuf, Abu Suyuno.2010.Hikmah Ilahi dalam Hadits Lalat.Diakses dari: http://www.alsofwah.or.id/cetakannur.php?id=572
Diakses tanggal 26 September 2010
Diakses tanggal 26 september 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar