Yang disebabkan oleh kelainan kromosom sex
SINDROM TURNER
• Kromosom 45,XO
• 1 : 2500 perempuan
• Oocyt berdegenerasi menjadi streak gonads saat lahir
• Estrogen berkurang, FSH/LH meningkat. Tidak ada perkembangan pubertas.
• Predisposisi virilisaisi dan gonadoblastoma (30%) dan GCT (50%)
• Fenotip perempuanp, perawakan pendek, tidak ada karakteristik seksual sekunder, gangguan somatis ( web neck, dada lebar, jari pendek ), anomali ginjal
• Tatalaksana termasuk:
o Pemberian Growth Hormon pada anak dan estrogen saat pubertas
o Sampai 2/3 mungkin terdapat ovarium yang berfungsi- karena itu masih mungkin terjadi kehamilan
o Streak gonad diangakt (operasi) pada yang mosaic.
SINDROM KLINIFELTER
• Abnormalitas yg paling sering pd laki-laki
• 47 XXY (1 : 1000 laki-laki), juga 47 XXYY or mosaic 46XY/47XXY
• Tubulus Seminiferus berdegenerasi dan digantikan oleh hyaline
• Testes kecil dan lembut, azoospermia, habitus tubuh perempuan, karakteristik seksual sekunder abnormal (tinggi, tidak ada rambut di wajah), mungkin oligospermia dan fertil
• Testosteron normal – rendah, Peningkatan FSH/LH dan peningkatan estrogen (gynaecomastia – risiko carcinoma)
• Terapi dengan androgen/mammoplasty reduksi/pengawasan terhadap keganasan .
SINDROMA TRIPEL X ( SUPERFEMALE )
• Kromosom 47,XXX
• Dari luar orangnya terlihat normal / biasa-biasa saja
• Mengalami retradarsi mental
• Infertilitas
• Menopouse terjadi lebih dini
• Gaya bicaranya agak “pela” ( seperti orang stroke ).
SINDROMA JACOB
• Kromosom 47,XYY
• Tampilan sebagai laki-laki dan badan tinggi
• Sering berkaitan dengan penyimpangan tingkah laku sosial sehingga cendrung menjadi penjahat.
Yang disebabkan oleh kelainan duktus gonad dan genitalia eksterna
PSEUDOHEMOFRODITISME PEREMPUAN
Terjadinya maskulinisasi pada janin perempuan yang disebabkan oleh androgen baik yang dihasilkan janin maupun yang ditransmisikan dari ibu. Maskulinisasi ini menyebabkan fusi labia dan pembesaran klitoris.
Ada beberapa penyebab pseudohemofroditisme perempuan yaitu :
1. Sindrom adrenogenital ( CAH )
Merupakan penyebab tersering viriliasi pada perempuan. Pada CAH ini terjadi defisiensi enzim 21-hidroksilase, 11 hidroksilase, 3 betahidroksisteroid dehidrogenase. Akibatnya keseimbangan hormon pada suprarenal bergeser ke hormon androgen sehingga terjadi fusi labia, pembentukan sinus urogenitalis dan pembesaaran klitoris.
Pada pemeriksaan urin akan ditemukan peningkatan 17-ketosteroid urine, jika tidak diobati akan terus terjadi peningkatan enzim ini sejalan dengan bertambahnya usia.
CAH ini diwariskan secara autosomal resesif.
Defisiensi 21-hidroksilase merupakan penyabab tersering dari CAH (95%). CAH karena defisiensi 21-hidroksilase ada 3 tipe yaitu :
• Virilisasi dan salt wasting (75%)
• Virilisasi sederhana / minimal (25%)
• Non klasik (tidak terdeteksi).
Defisiensi 11-betahidroksilase ( 5-8% ) ada bentuk klsik ( berat ) an bentuk nonklasik ( ringan ). Disini terjadi peningkatan kadar deoxykortisol sehingga menimbulkan hipertensi dan dengan hipertensi ini mencegah adanya salt wasting.
Defisiensi 3 betahidroksisteroid dehidrogenase (3β-HSD) (5%)
• Bentuk klasik : salt wasting, pada laki-laki virilisasi tidak sempurna dan terdapat hipospadia, pada wanita virilisasi ringan
• Bentuk nonklasik : lebih ringan, tidak terjadi salt wasting, tidak terjadi ambigous, pasien mungkin datang dengna puberitas prekok, gangguan menstruasi, infertilitas.
• Penderita bisa juga mengalami peningkatan kadar 17-hidroksilase karena aktivitas 3β-HSD ekstraadrenal pada jaringan perifer.
Manifestasi Klinis
Penderita tanpa salt wasting
Defek 21-hidroksilase :
Laki-laki :
• Perkembangan isoseksual prematur
• Bayi tampak normal saat lahir tanpa tanda-tanda prekoksitas seksual dan somatis muncul pada 6 bulan pertama atau berkembang lebih bertahap dan nyata pada usia 4-5 tahun atau lebih tua.
• Pembesaran penis, skrotum, prostat, tumbuhnya rambut pubis, perkembangan jerawat, suara dalam
• Penutupan prematur epifisis sehingga menyebabkan pertumbuhan berhenti relatif dini dan perawakan dewasa kerdil
Perempuan :
• Menyebabkan pseudohemofroditisme wanita
• Pembesaran klitoris dan berbagai tingkat fusi labium, serta terbentuknya sinus urogenitalis
• Klitoris bisa membesar menyerupai penis sehingga uretra berada di bawah organ ini, sering dibuat diagnosis keliru sebagai hiposapdia / kriptorkidisme
• Organ genitalia internanya sama dengan organ genitalia wanita normal
• Setelah lahir, maskulinisasi berkembang, rambut pubis dan axila berkembang secara prematur, jerwat, suara maskulin, payudara tidak berkembang, amenorea
Defek 11 betahidroksilase :
Manifestasi salt wasting tidak terjadi. Umumnya penderita menderita hipertensi tapi juga ada yang normotensi atau hipertensi yang kadang-kadang terjadi.
Ada terjadi virilisasi, beberapa anak prapubertas dengan defek ini datang dengan ginekomastia.
Penderita dengan salt wasting
Defek 21-hidroksilaase :
• Gejala dimulai segera setelah lahir, gagal tumbuh ( BB tidak bertambah ), kehilangan BB yang progresif, dehidrasi, muntah, anoreksia
• Adanya gangguan pada frekuensi dan irama jantung dengan sianosis dan dypsnea. Tanpa pengobatan bisa terjadi kolaps dan kematian dalam beberapa minggu.
• Pada wanita akan terjadi virilisasi genitalia eksterna sedangkan pada laki-laki tampak normal
Defek 3β-HSD :
Ada salt wasting dengan virilisasi minimal.
Defisiensi 21-hidroksilase nonklasik
• Saat lahir bayi normal
• Laki-laki dan wanita datang dengan puberitas prekok, pertumbuhan dini rambut pubis dan axila, hirsutisme, jerawat, kelainan menstruasi dan infertilitas
Pemeriksaan penunjang
• Salt wasting : Na dan Cl serum rendah, peningkatan kalium dan nitrogen non protein, kadar renin plasma meningkat
• Defisiensi 2-OH klasik : kadar 17-OH serum meningkat
• Kadar kortisol rendah pada tipe salt wasting dan sering normal pada tipe virilisasi sederhana
• Analisa kromosom
• Genitografi
• USG
Diagnosis prenatal
Pada defisiensi 21-OH :
Pada trimester pertama dengan biopsi vili korialis, analisis DNA, penggolongan HLA.
Trimester kedua : peningkatan kadar 17-OH dalam cairan amnion, penggolongan HLA, analisis DNA, analsis DNA sel-sel cairan amnion.
Pengobatan untuk kehamilan berisiko tinggi adalah dengan pemberian dexaametason minggu ke 5 kehamilan 1,5 mg/24 jam dalam 2 atau 3 dosis terbagi. Ini diberikan untuk mensupresi ACTH agar dapat mencegah virilisasi. Diberikan sampai jelas kelamin laki-laki.
Pengobatan :
Preparat kortisol, doc hidrokortison 10-20 mg/m2/24 jam secara oral dengan dua atau tiga dosis terbagi.
Bedah rekontruksi.
Adrenoktomi kalau terapi hormonal tidak berhasil, dilakukan pada usia 6-11 bulan.
2. Pseudohemofroditisme akibat rangsangan obat-obatan
Pada pasien atau ibu yang mengalami abortus habitualis atau abortus berulang untuk mencegah abortus pada kehamilannya digunakan senyawa progesteron/androgen selama trimester I, sehingga efek dari androgen menyebabkan fusi labia, pembentukan sinus urogenitalis dan klictoromegali, namun apabila digunakan setelah trimester I hanya menyebabkan pembesaran palus tanpa fusi labia.
Pada urin hormon 17-ketosteroid tidak meningkat.
Proses virilisasi tidak akan berlanjut lama sehingga anak akan mengalami feminisasi seara normal pada pubertas dan mampu melahirkan anak.
3. Kelainan virilisasi pada ibu
Pada ibu terjadi peningkatan androgen akibat tumor ovarium, adenoma adrenal dan lain-lain sehingga mengalami klitoromegali, acne, suara yang berat, lactasi berkurang dan ekresi 17 ketisteroid urine meningkat dan anaknya lahir dengan BBLR dan virilisasi.
PSEUDOHEMOFRODITISME LAKI-LAKI
Terjadi maskulinisasi pada bayi pria karena terkait defisiensi hormon testosteron atau androgen, insensitivity testosteron/androgen atau terjadi kelainan teratogenik pada gonad.
1. Sindrom adrenogenital
Terjadi kekurangan enzim di adrenal maupun di testis yang diperlukan untuk pembentukan hormon testosteron atau androgen sehingga terjadi maskulinisasi inkomplit pada laki-laki.
2. Androgen insensitivity syndrom
Tidak terdapat reseptor androgen walaupun telah diproduksi secara normal sehingga proses maskulinisasi juga terganggu.
Pada bentuk komplit genitalia eksterna seperti perempuan normal sedangkan bentuk parsial genitalia eksterna ambigus.