Hati adalah raja, sedangkan seluruh tubuh adalah prajurit pelaksana titah-titahnya. Aktivitas tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksudkan oleh hati. Di kemudian hari, hati akan ditanya tentang pora prajurit-prajuritnya.Sebab setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.
Hati itu bisa hidup dan mati. sehubung dengan itu hati dapat dikelompokkan menjadi:
1. Hati yang sehat
Hati yang sehat adalah hati yang selamat.
Allah berfirman:
"Adalah hari, dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat"(Q.S. Asy-Syu'ara : 88-89).
Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyelewengkan dari kebenaran. Hati yang sehat tidak pernah beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada selain Rasulullah. 'Ubudiyah-nya murni kepada Allah. Iradah, mahabbah, inabah, ikhbat, khasyyah, raja', dan amalnya, semuanya lil-Lah, semata karena Allah.
Hati yang sehat jika ia mencintai, membenci, memberi, menahan diri, semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja tidak dirasa cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani lancang mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan atau pun perbuatan.
2. Hati yang mati
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabb-nya. Ia tidak beribadah kepada-Nya, enggan menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati seperti ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah. Ia tidak peduli dengan keridhaan dan kemurkaan Allah. Baginya yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah.
Hati yang mati apabila ia mencinta, membenci, memberi dan menahan diri, semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai dari pada keridhaan Allah. hawa nafsu menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi.
Ia diseru kepada Allah dan negeri akhirat, tetapi ia berada ditempat yang jauh, sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia setia mengikuti setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta terhadap kebenaran.
3. Hati yang sakit
Hati yang sakit yaitu hati yang hidup, tetap mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada iman, dan kadang-kadang pula cenderung kepada "penyakit". Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada Allah, yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula terdapat pula kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr, dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada di antara dua penyeru; penyeru keoada Allah dan rasul serta hari akhir, dan penyeru pada kehidupan duniawi. Seruan yang disambutnya adalah seruan yang paling akrab.
Indikasi Sakit-Sehatnya Hati
Hati seseorang bisa sakit. Sakitnya hati bisa semakin parah bahkan menjadi mati tanpa disadari pemiliknya. Pertanda hati itu sakit atau mati adalah ia tidak dapat merasakan sakitnya maksiat dan betapa menderitanya kebodohan tentang kebenaran serta memiliki aqidah yang sesat. Sebab hati yang sehat pasti akan tersiksa jika ia melakukan sesuatu yang buruk. Begitu juga jika ia bodoh tentang kebenaran.
Terkadang, seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun ia tidak tahan mengecap obat penawar.
Di antara tanda sakitnya hati adalah keengganan mengkonsumsi "makanan" yang bermanfaat. Justru cenderung kepada yang mendatangkan kemudharatan. Juga enggan terhadap obat dan cenderung terhadap racun yang berbahaya. Hati yang sehat selalu mengutamakan "makanan" yang bermanfaat dari pada racun yang mematikan. Makanan terbaik adalah keimanan. Obat terbaik adalah Al-Qur'an.
Tanda lain sehatnya hati adalah kecondongan dirinya terhadap akhirat. Di sana ia tinggal, dan seakan-akan menjadi penghuninya. Kehadirannya di dunia ini ibarat orang asing yang mengambil kebutuhan, lalu kembali ke negerinya.
Kepada Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda:
"Di dunia ini hendaklah kamu berlaku seperti orang asing, atau orang yang lewat"(HR. Bukhari).
Tanda sehatnya hati adalah selalu mengingat yang memiliki hati, yaitu Allah. Sehingga ia mau kembali ke jalan Allah, tunduk bergantung kepada-Nya sebagaimana bergantungnya seorang yang mencinta kepada yang dicintainya. Ia selalu berzikir mengingat Allah dan berkhidmat kepada-Nya.
Seorang yang memiliki hati sehat akan merasa tersiksa dan sakit apabila tidak sempat dzikir atau membaca Al-Qur'an atau suatu ibadah. Sakit yang ia rasakan melebihi sakitnya seorang kaya yang kehilangan harta.
Sumber : Tazkiatun Nafs, oleh Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dan Imam Al-Ghazali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar