Tidak ada yang lebih aku sesali dari pada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam, sementara umurku berkurang tetapi amalku tidak bertambah (Abdullah bin Mas'ud).

Kamis, 19 November 2009

Kisah Seorang Raja yang Meninggalkan kekuasaannya dan Lebih Memilih Berkosentrasi Untuk Ibadah

Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan hadist yang dishahihkan Albani dalam Silsilah Ahadist Shahihah (no. hadist 2833) dari Abdullah bin Mas’ud secara marfu’.

“Ada seorang raja yang tinggal di istananya, ia merenung. Ia sadar bahwa kerajaannya itu pasti hilang dan kedudukannya tersebut telah melalaikan dirinya dari ibadah kepada Rabb-nya. Kemudian pada suatu malam dengan diam-diam dia pergi meninggalkan istana dan pagi harinya ia telah berada di daerah kekuasaan raja lain. Ia menunju ke pantai. Di tempat itu dia bekerja sebagai pembuat batu bata dengan imbalan upah, yang digunakan untuk makan dan menshadaqahkan selebihnya. Keadaan itu terus berlangsung sehingga keadaan,ibadah dan kedermawananya dilaporkan pada raja mereka.

Raja mengirim utusan kepadanya supaya menghadap,namun ia menolak. Berkali-kali raja memanggilnya namun ia tetap enggan menghadap,dan berkata:”Ada urusan apa antara aku dan dia:”Akhirnya rajalah yang berkenan datang dengan mengendarai kendaraan. Ketika melihatnya orang tersebut berpaling dan lari. Melihat hal tersebut raja itu pun lari kencang mengejarnya namun tidak bisa menyusul.

Akhirnya raja memanggil:”Wahai hamba Allah,sungguh aku tidak bermaksud buruk kepadamu”. Orang itu pun berhenti,berdiri sampai raja menyusulnya,lalu berkata padanya:”Siapa nama anda? Semoga Allah merahmati anda.”Ia menjawab:”Fulan bin Fulan bin Fulan raja kerajaan….aku telah merenukan diriku lalu aku sadar bahwa kekuasaan yang aku miliki pasti akan hilang. Sungguh kerajaan ini telah menyibukkanku dari beribadah kepada Rabb-ku. Maka aku tinggalkan dan datang ke tempat ini untuk beribadah kepada Rabb-ku. Raja berkata:”Anda tidak lebih butuh terhadap apa yang anda lakukan dibanding diriku”.Selanjutnya ia turun dari kendaraannya dan melepas hewan tersebut. Kemudian mengikuti orang itu. Kedua orang tersebut sama-sama beribadah kepada Allah kemudian berdo’a kepada-Nya agar mewafatkan mereka berdua. Akhirnya keduanya meninggal.

Ibnu Mas’ud bekata: “Seandainya sedang berada di tanah berpasir di Mesir aku akan memperlihatkan kubur keduannya kepada kalian berdasarkan cirri-ciri yang disebutkan Rasulullah”.

Sumber : “Kisah yang Dikisahkan oleh Nabi”

2 komentar:

  1. Lalu bagaimana dengan negeri yg dipimpinnya? bukannya justru rakyat butuh pemimpin yang sprti mereka?
    Kalau dipikir dr satu sisi, bisa2 semua orang berpikir g mau jd pemimpin krna bs melalaikan ibadah trsebut.

    BalasHapus
  2. wallahu'alam kak. ga ada di jelaskan dalam hadist itu.
    orang shalih akan menimbang manfaat n mudharat keputusannya. dan dalam hadist ini beliau adalah orang shalih. tentu akan memutuskan sesuatu dgn matang.kita hanya bisa berhusnizhan.
    wallahu'alam

    BalasHapus